Doa saat Galau Berat
by Eunike Santosa
Dulu pas masih zaman di bangku sekolah, saya kurang suka dengan puisi karena kurang ngerti hahaha… Menurut saya, bahasa-bahasa kiasan yang dipakai terlalu mendayu-dayu bahkan membingungkan. Intrepretasi saya terhadap sebuah puisi biasanya jauh berbeda dari arti sebenarnya, makanya kalo ujian bahasa Indonesia, nilainya jadinya jomplang, deh. Hahaha… Padahal kalau sekarang sudah dewasa, puisi yang bagus malah bisa membuat pembacanya berpikir banyak, dan merasakan banyak hal.
Nah, begitu pula dengan puisi-puisi di Alkitab. Misalnya saja kitab Mazmur yang kebanyakan ditulis dalam bentuk puisi. Ketika masih kecil, saya merasa biasa-biasa saja buat bacanya. Namun sekarang sebagai orang yang *uhuk lebih tua, saya jadi bisa melihat dan mengerti lebih dalam apa yang dirasakan pemazmur ketika menulis doa-doa dan mazmur-mazmur mereka. Apalagi saat ini saya sadar bahwa bahasa Indonesia (yang baku yah, bukan yang gaul-gaul) itu sangat puitis dan cenderung dramatis. Bandingkan saja kalau pacarmu bilang, “Gue demen ama lo” vs. “Aku mengasihi engkau,” hahahaha… Kebayang, gak? Saya agak geli, sih, tetapi gak bisa dipungkiri, kan, efeknya hanya karena kata-katanya?
Ketika membaca kitab Mazmur, banyak mazmur yang ditulis saat pemazmur sedang resah. Dari sini, saya belajar banyak hal bagaimana saya sebagai orang Kristen bisa merespons situasi yang kelam di dalam iman—yang gak selalu mudah. Misalnya, ketika sang pemazmur berteriak, dia mencurahkan seluruh isi hatinya ke Allah dengan berpegang erat kepada karakter Allah dan janji-janji-Nya. Ini menunjukkan sebuah hubungan yang sangat intim akan pemazmur dan Allahnya. Jadilah, berangkat dari sini, saya ingin “mencontoh” sang pemazmur dengan menjadi penyair “abal-abal”. Hehe… Semoga mazmur doa saya ini bisa menguatkan teman-teman yang sedang dalam pergumulan berat juga.
30 Agustus 2022
Sebuah Doa.
Ketika sedang bergumul tentang tidak adanya pekerjaan.
Tuhan, aku resah.
Hatiku gelisah.
Segala macam emosi berkecamuk di jiwaku.
Pikiranku penuh dengan begitu banyak pertanyaan.
Aku ingin agar tetap percaya
Aku ingin agar tetap berpegang pada janji-janji-Mu
bahwa Bapa surgawi tetap memeliharaku
bahwa bunga-bunga di padang dan burung-burung di udara diberi makan,
masakan aku tidak?
Aku ingin tetap setia pada panggilan-Mu,
walau tak tahu kemana Kau kan membawaku.
Aku ingin tetap mengikuti rancangan-Mu yang indah,
rancangan hari depan yang penuh harapan
Aku ingin tetap bisa bersyukur,
tetap bisa melihat berkat-berkat yang Kau sediakan bagiku.
Namun, aku lemah…
Tolong aku Bapa tetap pelihara iman kecilku ini.
Tetaplah buat api pengharapan dalamku berkobar.
Bantu aku untuk berpegang pada-Mu lebih erat lagi.
Ingatkan aku senantiasa terhadap kasih-Mu
Kasih setia-Mu yang selalu baru
yang tak pernah tinggalkanku
Bantu aku untuk senantiasa menyerahkan hidupku, hatiku,
kegelisahanku, kerisauanku, gundah gulanaku,
kebingunganku, kegeramanku, keputusasaanku
ke hadirat-Mu.
Dengan begitu, aku bisa melihat
bahwa Engkau lebih besar
lebih besar dari persoalanku.
Permasalahanku akan terlihat kecil
karena mataku tertuju pada-Mu.
Ini doa kecilku,
Aku percaya Kau dengarku
Terima kasih Bapa.
Selah. . .