Standar Kecantikan

by Benita Vida  

“Jika aku tidak cocok dengan standar kecantikan di generasi ini, maka aku harus menjadi standar yang berbeda!” 

Itulah yang diungkapkan seorang anggota girlband MAMAMOO asal Korea Selatan bernama Hwasa. Ia dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan Korea Selatan yang harus memiliki lipatan mata, kulit putih, badan langsing, dan tubuh yang tinggi. Meskipun demikian, Hwasa sadar bahwa dirinya cantik sebagaimana adanya. Jika tidak sesuai dengan standar kecantikan orang lain, bukan berarti ada yang salah pada dirinya. Yah, memang dirinya berbeda dan memiliki keunikan sendiri. 

Sebagai seorang wanita, tentunya kita ingin dipandang cantik dan selalu tampil cantik. Kita ingin mendengar pujian tentang penampilan kita, ingin menjadi pusat perhatian karena kecantikan fisik kita. Orang yang kurus ingin menjadi gemuk dan yang gemuk ingin menjadi kurus. Berbagai cara pun kita coba, mulai dari ke dokter gizi, ikut segala macam diet, minum obat, fitness, dan lain sebagainya demi mencapai standar ideal dunia. Bagaimana dengan Pearlians? 

Secara pribadi, aku adalah perempuan yang termasuk kurus, sangat jauh dari kata berat badan ideal. Aku sangat sulit untuk bisa mencapai berat badan ideal. Semua cara sudah kulakukan, bahkan porsi makanku cukup banyak tetapi angka di timbangan tak kunjung berubah. Sulit sekali menaikkan berat badan, dan justru amat mudah turun, apalagi saat aku sakit. 

Pada tahun 2017, aku terdiagnosis penyakit hormonal yang membuatku sulit menjadi gemuk. Ketika mendengar ini, kepercayaan diriku semakin turun. Sejak kecil, banyak orang di sekitarku termasuk orang tua, guru, dan teman-temanku yang melihatku “berbeda”. Tak sedikit pula yang mengutarakan pendapat mereka,  

“Kok, kamu kurus banget, sih? Ga suka makan, ya? Makannya pilih-pilih, ya? Makan yang banyak, dong! Nanti ditiup angin terbang, lho!” 

Wah, dulu setiap kali mendengar komentar seperti itu, aku merasa ada yang salah denganku. Aku tidak cantik dan dipandang buruk oleh orang lain. Aku menjadi orang yang sensitif dan insecure

Betapa komentar-komentar orang dapat membuat anggapan kita terhadap diri sendiri berubah! Betapa standar kecantikan ideal mereka membuat kita jadi membenci diri sendiri dan kehilangan rasa percaya diri! Apakah Pearlians merasakannya? Baik kamu kurus atau gemuk, komentar-komentar dunia membuat kita tidak lagi memandang indah diri sendiri. Padahal Allah Bapa di Sorga memandang kita sangat indah dan cantik! Kita adalah buatan tangan-Nya (Mazmur 139:13-14, Efesus 2:10). Sebuah karya yang tidak ada duanya di dunia. Tidak akan ada yang bisa menyamai kita, bahkan anak kembar sekalipun memiliki garis wajah yang berbeda. Namun, apakah kita bisa memandang diri kita seperti Allah memandang kita? Apakah kita bisa mencintai diri kita sebagaimana Allah mencintai kita? 

Bagaimana Allah bisa memandangku sebagai ciptaan yang indah kita? 

Kulitku tidak putih bersih, gigiku berantakan, aku terlalu gemuk, aku terlalu kurus, dan lain sebagainya. 

Bagaimana mungkin aku terlihat indah di mata Allah? 

Kabar baiknya, walaupun dunia menerapkan standar kecantikan yang ideal, Allah melihat jauh dari apa yang tampak dari penampilan kita. Ini pula yang Allah tekankan pada Samuel sebelum mengurapi Daud menjadi raja. Saat itu, Samuel terkesima oleh penampilan Eliab, kakak sulung Daud, yang gagah perkasa (1 Samuel 16:6). Namun, Allah berfirman demikian: 

“…. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati.” 
1 Samuel 16:7)

Firman Tuhan di atas memberitahu kita bahwa Allah memandang hati, bukan rupa yang kasat mata sebagaimana manusia memandang kita. Bagi Allah, hati kita lebih penting daripada paras, bentuk tubuh, warna kulit, maupun penampilan kita. Karena apa yang ada di dalam hati akan terpancar ke luar, seperti yang disampaikan penulis Amsal ini: 

“Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu.” 
Amsal 27:19

Standar kecantikan bagi Allah tentu sangat berbeda dari standar dunia. Allah tidak menghendaki kita berdandan berlebihan--yang berarti memberikan usaha terlalu banyak untuk membuat penampilan kita sesuai dengan standar kecantikan dunia. Allah justru ingin kita mengusahakan perbuatan baik melebihi usaha kita mempercantik penampilan luar kita. Apakah kita siap mempercantik diri sesuai dengan standar Allah? 

“Demikian juga hendaknya perempuan. Hendaklah ia berdandan dengan pantas, dengan sopan dan sederhana, rambutnya jangan berkepang-kepang, jangan memakai emas atau mutiara ataupun pakaian yang mahal-mahal, tetapi hendaklah ia berdandan dengan perbuatan baik. 
1 Timotius 2:9-10 

Tunggu! Kedua ayat di atas bukan berarti mendorong kita untuk tidak merawat diri dan berpenampilan ala kadarnya ketika bertemu orang lain—apalagi di gereja, ya. Ayat-ayat tersebut ditulis oleh Paulus karena dalam pelayanan Timotius—salah satu murid Paulus—di Efesus saat itu, ada sekelompok wanita yang menjadikan gereja sebagai tempat untuk menampilkan diri (semacam fashion show). Sayangnya, tindakan para wanita kaya ini justru menimbulkan perasaan malu dalam diri orang-orang yang tidak mampu membeli pakaian dan berdandan seperti mereka. Itulah sebabnya Paulus menulis surat kepada Timotius untuk mengingatkan para wanita ini, beserta pengajaran mengenai beberapa isu penting lainnya yang bisa Pearlians baca di dalam 1 Timotius secara utuh. 

Pearlians, kecantikan dan penampilan luar yang menjadi standar dunia pasti akan hilang seiring waktu, tetapi perempuan yang takut akan Allah akan dipuji.  

“Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”
Amsal 31:30
 

Mungkin kita akan terlihat aneh di mata dunia, bahkan sangat jauh dari standar kecantikan dunia. Namun, biarlah apa yang menyenangkan hati Allah menjadi standar yang kita kejar dan usahakan. Ya, karena tanpa mengenal Allah dan kerinduan-Nya, kita tidak akan bisa merasa puas dengan menjadi diri sendiri seperti yang diciptakan-Nya—apalagi mempercantik diri hanya untuk memperoleh penerimaan orang lain. Ketika kita berelasi dengan Allah, perlahan-lahan kita akan dimampukan untuk menerima dan mengasihi diri sendiri terlebih dahulu sebelum menerima dan mengasihi orang lain. Salah satu contohnya adalah dengan merawat diri sesuai kebutuhan dan kesanggupan kita—seperti memilih skincare yang tepat, diet dengan konsisten, dan sebagainya. 

Saat ini, mari kita sadari siapa kita di hadapan Allah. Mari kita mengerti status kita di dalam Yesus, kita adalah warga Kerajaan Sorga, putri-putri Raja di atas segala raja. Karena itu, marilah kita hidup menurut standar dan aturan Kerajaan Sorga. 

Bagaimana pun penampilanmu, apapun komentar dunia tentangmu, angkatlah kepalamu dan berjalanlah dengan anggun layaknya seorang putri! Ingatlah bahwa standar kecantikan kita bukan dari dunia tetapi dari Allah. Selamat mengejar standar kecantikan Allah*! 

 

*Pearlians bisa membaca Amsal 31:10-31 untuk memperoleh gambaran wanita yang memenuhi standar kecantikan Allah, dan menggali lebih jauh bersama Alice Mathews dalam bukunya Wanita yang Tangguh terbitan Duta Harapan Dunia. 

Previous
Previous

Dating Apps: Yes or No?

Next
Next

Sepucuk Surat untuk Lelaki di Hatiku