Dating Apps: Yes or No?

by Leticia Seviraneta

Dulu, bila ada yang bertanya, “Kamu bertemu pasanganmu di mana?”, jawaban yang umum adalah “di gereja”, “dikenalin teman atau saudara”, “di sekolah”, “di tempat kerja”, dsb. Di kalangan Kristen sendiri, mungkin ada yang agak malu-malu atau sungkan bila menjawabnya dengan “dating apps”. Seperti masih ada paradigma yang kurang baik tentang dating apps itu sendiri. Hmm.. adakah Pearlians yang mengalaminya? Lalu, benarkah stigma demikian masih dipertahankan dalam era perkembangan teknologi seperti sekarang? Yuk, mari kita bahas. 

Perjalanan hubungan asmara setiap orang itu unik dan berbeda-beda. Tidak ada satu rumus pasti yang berlaku untuk semua. Itulah mengapa kisah asmara orang-orang begitu beragam. Tuhan dapat mempertemukan anak-anak-Nya di mana saja, kapan pun, melalui siapa saja. Akan tetapi, bukan berarti tidak ada standar yang dapat diterapkan dalam pemilihan pasangan hidup. Mari kita melihat kisah hamba Abraham, Eliezer, yang diutus untuk memilih pasangan hidup bagi Ishak. 

Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: "Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam. Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku."
(Kejadian 24:2-4)

Dari perkataan Abraham di sini, ada tiga kriteria yang harus ada pada perempuan yang akan menjadi istri anaknya, Ishak. Yang pertama, perempuan itu bukanlah perempuan Kanaan. Yang kedua, perempuan itu berada di kampung halaman Abraham. Yang ketiga, perempuan itu adalah keturunan sanak saudara Abraham. Pada waktu itu, orang-orang Kanaan adalah orang yang tidak menyembah Allah Israel, melainkan menyembah ilah-ilah lain, dan banyak melakukan kekejian di mata Tuhan. Abraham secara spesifik meminta agar menantunya bukan perempuan Kanaan karena ia taat kepada Tuhan yang telah membukakan rencana-Nya di masa depan untuk bangsa Kanaan (Kejadian 15:16) dan mengerti bahwa menikah dengan perempuan dengan kepercayaan dan nilai yang berbeda akan membawa anaknya ke jalan yang salah. Kriteria Abraham yang kedua cukup spesifik, yaitu berkaitan dengan lokasi di mana Eliezer akan menemukan istri bagi Ishak—tepatnya di kampung halamannya Abraham, di daerah Mesopotamia. Kriteria kedua berkaitan kriteria ketiga yaitu istri bagi Ishak haruslah dari antara sanak saudara Abraham sendiri. Kemungkinan besar, hal ini berkaitan erat dengan supaya perempuan tersebut menyembah Allah yang sama dan memiliki nilai-nilai kehidupan yang sama dengan Ishak.  

Bagi kisah Ishak dan Ribka, mereka dipertemukan melalui perantaraan hamba Abraham, Eliezer. Proses Eliezer memilih perempuan bagi Ishak diperlengkapi dengan standar yang telah dinyatakan oleh Abraham dan doa Eliezer meminta hikmat dari Tuhan. 

Lalu berkatalah ia: "TUHAN, Allah tuanku Abraham, buatlah kiranya tercapai tujuanku pada hari ini, tunjukkanlah kasih setia-Mu kepada tuanku Abraham. Di sini aku berdiri di dekat mata air, dan anak-anak perempuan penduduk kota ini datang keluar untuk menimba air. Kiranya terjadilah begini: anak gadis, kepada siapa aku berkata: Tolong miringkan buyungmu itu, supaya aku minum, dan yang menjawab: Minumlah, dan unta-untamu juga akan kuberi minum--dialah kiranya yang Kautentukan bagi hamba-Mu, Ishak; maka dengan begitu akan kuketahui, bahwa Engkau telah menunjukkan kasih setia-Mu kepada tuanku itu." Sebelum ia selesai berkata, maka datanglah Ribka, yang lahir bagi Betuel, anak laki-laki Milka, isteri Nahor, saudara Abraham; buyungnya dibawanya di atas bahunya.
(Kejadian 24:12-15)

Kita tahu bahwa akhirnya Eliezer bertemu dengan Ribka—yang memenuhi semua standar yang dikemukakan Abraham dan sekaligus juga tanda yang diminta oleh Eliezer kepada Tuhan (Kejadian 24:17-27). Nah, sekarang… Apa yang dapat kita petik dari kisah proses pemilihan istri bagi Ishak di sini? Apakah ini dapat menjawab pertanyaan kita mengenai dating apps? 

Dating apps bisa dikatakan sebagai salah satu sarana atau perantara untuk mempertemukan orang-orang yang sedang mencari pasangan hidup. Sama seperti peran Eliezer dalam kisah tadi sebagai perantara, demikian juga halnya dengan dating apps. Namun, terlepas dari sarana atau perantara apa pun yang kita gunakan, standar pemilihan pasangan sudah harus ditetapkan sebelumnya dan tidak berubah. Jadi, yang perlu kita pelajari adalah bagaimana menavigasi dan menggunakan sarana dating apps tersebut dengan bijaksana agar tujuan kita dalam pencarian pasangan hidup tercapai. 

Berikut tips agar kita dapat menggunakan dating apps dengan bijak dan aman: 

1. Tetapkan standar untuk pasangan hidup kita 

Sama seperti yang telah ditetapkan oleh Abraham (Kejadian 24:3-4) dan sama halnya dengan proses pencarian pasangan hidup secara organik, kita perlu tahu betul kualitas apa yang kita perlukan dalam diri pasangan hidup kita. Apa yang “must have”? Apa yang “nice to have”? Apa yang benar-benar red flag dan tidak dapat dikompromikan? Proses seleksi akan dapat menjadi efektif bila kita tahu betul jati diri kita dan kriteria pasangan kita. By the way, Majalah Pearl cukup banyak membahas hal ini baik di online magazine maupun blog. 

2. Filter, filter, dan filter 

Dating apps menyediakan pilihan yang sangat banyak dan beragam, sehingga kita perlu menyaring lagi dan lagi dari sekian banyak yang ada. Misalnya, aku memiliki standar tentunya harus seiman. Jadi dari profil bila aku lihat agamanya sudah non-Kristen, sudah pasti aku tidak match dengan orang tersebut. Anggap saja seperti kita sedang berpapasan dengan orang asing di jalan, begitu juga dengan setiap profil yang kita lihat dalam dating apps. Jadi, tidak perlu terlalu fokus berlama-lama bila profil yang kita lihat tidak memenuhi standar yang kita cari (2 Korintus 6:14).  

3. Secepatnya arahkan dari online conversation ke pertemuan tatap muka 

Bila sudah terhubung dan ketika berkomunikasi cukup lancar, bawalah hubungan agar dapat terhubung di dunia nyata secepatnya. Kita bisa juga memulainya dengan ajak video call dulu. Mengapa video call? Ini untuk memastikan orangnya sama dengan fotonya. Banyak akun palsu di sana yang memakai foto orang lain. Jadi cara tercepat memastikan orangnya sama dengan foto yang ditampilkan adalah dengan video call. Sederhananya, orang yang memakai profil sesungguhnya dan serius ingin menjalin hubungan, pasti tidak keberatan untuk telepon, video call, atau bahkan bertemu langsung. Sebaliknya, bila dia enggan untuk melakukan itu semua apalagi kalau hubungan sudah berlangsung lama, tinggalkan saja. 

4. Kenali lingkungan pertemanan dan keluarganya 

Bila kita menemukan banyak kecocokan, tahapan selanjutnya setelah pertemuan tatap muka adalah dengan masuk ke lingkaran pertemanan dan keluarganya. Kekurangan berkenalan di dating apps adalah biasanya tidak adanya lingkaran pertemanan yang sama sehingga tidak ada orang yang dapat menjamin apakah orang ini benar adanya seperti yang dia katakan tentang dirinya. Cara untuk saling mengenal dengan aman selanjutnya adalah mengenali teman-teman terdekatnya dan keluarganya. Kemudian, kita bisa perhatikan betul interaksi dia dengan orang-orang tersebut dan mencari tahu dari orang-orang tersebut tentang dirinya. Akan sangat bias bila kita dari awal sampai akhir hanya terus berinteraksi secara eksklusif dengan orang tersebut. Karena itu, kita perlu saling memperkenalkan circles yang dimiliki agar mereka pun “menjaga” kita. Ci Grace Suryani pernah membahasnya di sini

5. Jaga perasaan sebaik mungkin 

Dating apps memiliki fase yang cepat dalam arti kita dapat berganti pasangan untuk chat atau berkencan dengan cepat. Selama belum ada komitmen, kebanyakan masih mencari dan dapat berkenalan dengan orang baru. Oleh karenanya, sangat penting untuk tidak terlalu cepat bawa perasaan ke dalam suatu hubungan yang baru. "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan," demikianlah kata Amsal 14:23. Yes, dilarang baper. Kita baru bisa membangun perasaan (dan memantapkan hati untuk mencintai) secara bertahap ketika sudah ada bukti nyata dari perbuatannya. Jangan bangun khayalan akan siapa orang tersebut sebelum mengenalnya dengan lebih dalam.

6. Tentukan kecepatan proses perkenalan yang nyaman bagimu 

Meski fase dating apps cenderung cepat dan mungkin bertemu dengan orang yang langsung ingin menikahi Pearlians, nah… di sini Pearlians berhak untuk memperlambat proses perkenalan sesuai tempo yang nyaman untuk Pearlians. Proses perkenalan membutuhkan waktu. Tidak perlu terburu-buru. Bila orang yang Pearlians temui adalah orang yang tepat, ia juga akan mau menunggu dan tidak memaksa Pearlians terburu-buru untuk masuk ke jenjang pernikahan. 

Sisi positif dating apps sebenarnya adalah keberadaannya menjadi sarana agar kita dapat bertemu dengan lebih banyak orang yang di luar lingkaran pertemanan kita saat ini. Namun, kembali lagi kita harus pandai menyaring, memilih, dan bijaksana dalam menggunakannya. Tentunya, baik mengenal seseorang secara online maupun offline, kita perlu hikmat Tuhan dalam mengambil keputusan—dan ini baru bisa kita pahami jika punya relasi pribadi dengan-Nya. Jadi, apakah menggunakan dating apps oke menurutmu? Kamu sendiri yang menentukannya, ya…

Previous
Previous

Mungkinkah Menjadi Lajang Berkualitas dan Berbahagia?

Next
Next

Standar Kecantikan