Suamiku Jatuh Cinta Lagi!
by Eliani Angga Safitri
“Aku mendatangi rumah teman kantorku sengaja untuk membuktikan kebenaran kasak kusuk yang kudengar. Tengah hari kulihat suamiku sedang berada di sana, berduaan bersama temanku itu dengan mesranya!”
Itu adalah sepenggal kisah dari seorang wanita yang saya kenal saat bercerita tentang ketidaksetiaan suaminya. Meskipun demikian, setelah melalui proses rekonsiliasi, suami-istri itu kini telah melanjutkan bahtera rumah tangga mereka selama puluhan tahun dan telah meninggalkan luka-luka masa lalu mereka di belakang. Sayangnya, tidak semua pasangan yang memiliki kisah “pernikahan-yang-terinterupsi-oleh-orang-ketiga” seperti itu mengambil keputusan yang sama. Ketika mendapati sang suami jatuh cinta pada wanita lain dan tidak dapat meninggalkan orang ketiga tersebut, pernikahan mereka berakhir—dan mungkin kisah-kisah seperti inilah yang lebih akrab bagi kita.
Bila kejadian serupa menimpa kita, apa yang akan Pearlians lakukan? Mampukah kita mengambil langkah yang seturut dengan kehendak Allah?
Saat menjadi pengantin baru, saya begitu keras terhadap satu hal ini. Bagi saya, perselingkuhan adalah dosa tak termaafkan yang memberikan legitimasi bagi saya untuk bercerai. Tak ada kata maaf bagi orang yang telah memutuskan janji di hadapan Allah. Pernikahan dibangun di atas dasar kasih kepada pasangan dan kepada Allah. Janji Pernikahan diucapkan di hadapan Allah dan jemaat-Nya.
Dalam perselingkuhan, setiap kasus tentu saja tidak sama karena setiap rumah tangga juga unik. Masing-masing pasangan memiliki latar belakang dan kompleksitas masalah yang berbeda. Oleh karena itu, kita tidak bisa langsung mengambil keputusan yang sama untuk setiap kasus. Apabila Pearlians menghadapi pergumulan ini, sebaiknya segera mencari pertolongan dari konselor pernikahan baik dari gereja maupun lembaga tepercaya (beberapa referensi lembaga konseling bisa dilihat di akhir artikel ini).
Kita harus belajar mencari apa kehendak Allah bagi masing-masing kita atas setiap pergumulan yang kita alami, termasuk ketika pasangan kita melabuhkan hatinya pada orang lain. Apa yang firman Tuhan katakan mengenai hal ini? Berikut adalah dua hal yang bisa kita lakukan saat menghadapi pergumulan tersebut:
1. Memberi kesempatan pasangan untuk bertobat.
Saat pasangan mencintai orang lain, tentu saja kita sangat terluka, sedih, dan marah. Ini adalah perasaan yang sangat sulit untuk kita tangani sendiri. Kita perlu mendekat erat kepada Allah setiap hari sehingga Roh Kudus yang akan memulihkan hati kita. Salah satu contoh kisah yang bisa kita pelajari bersama adalah dari pengalaman Hosea (Hosea 3:1-2)
Berfirmanlah TUHAN kepadaku: "Pergilah lagi, cintailah perempuan yang suka bersundal dan berzinah, seperti TUHAN juga mencintai orang Israel, sekalipun mereka berpaling kepada allah-allah lain dan menyukai kue kismis." Lalu aku membeli dia bagiku dengan bayaran lima belas syikal perak dan satu setengah homer jelai.
Tuhan melihat Israel sebagai istri-Nya, dan Dia melihat pemujaan pada ilah lain yang mereka lakukan sebagai perzinahan rohani. Hosea bukan hanya diminta untuk mencintai istrinya yang telah bersundal, bahkan dia harus membeli Gomer, istrinya yang telah menjadi budak akibat persundalannya. Kisah Hosea-Gomer adalah gambaran kasih Allah kepada manusia berdosa yang telah berzinah dengan mencintai ilah lain. Allah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu Yesus Kristus untuk membeli kita, manusia berdosa agar bisa kembali menjadi mempelai-Nya.
Saat pasangan kita jatuh dalam perzinahan, dia tidak bisa melepaskan dirinya sendiri dari dosa. Dia membutuhkan pertolongan Roh Kudus dan ketulusan sang istri yang bersedia membuka tangan untuk menerimanya kembali. Karena itulah, sangat penting bagi kita untuk tidak langsung mengambil keputusan untuk berpisah, melainkan berjuang untuk menolong suami kita yang sedang jatuh dalam dosa.
Kita perlu menanyakan berapa lama waktu yang dia butuhkan untuk siap mengakhiri relasinya dengan orang ketiga tersebut. Kita bisa menemui wanita selingkuhannya untuk dengan tegas “menyatakan dosa” yang harus mereka bereskan dan menunjukkan bahwa hubungan mereka telah nyata melukai manusia lain. Pada tahap ini, kita benar-benar harus hidup dekat dengan Tuhan melalui relasi pribadi bersama-Nya tiap saat, bukan hanya saat ada masalah dalam pernikahan. Perlahan-lahan, kepekaan spiritual kita pun terbentuk, dan—dengan kemurahan Tuhan—kita diperlengkapi melalui tuntunan Roh Kudus sepenuhnya. Ya, siapa yang tahu bahwa pergumulan ketika suami kita justru mencintai orang lain ini adalah cara Tuhan untuk membentuk kita memenuhi rencana-Nya, meskipun dengan cara yang tidak kita inginkan?
Ketika seseorang mampu memaafkan perselingkuhan pasangannya dan kembali melanjutkan pernikahan setelah masa penyelewengan berakhir, dia adalah seorang pahlawan. Oleh pertolongan Tuhan, dia bukan hanya menyelamatkan pernikahannya tetapi juga menyelamatkan suaminya.
Hanya orang yang mengenal kasih dan pengampunan Kristus yang bisa mengasihi dengan sempurna. Orang yang sudah mengalami pengampunan-Nya, tidak bisa tidak mengasihi dan mengampuni orang lain.
Ketika suami menyesali perselingkuhannya dan masuk tahap rekonsiliasi dengan kita, maka kita harus melakukan evaluasi pernikahan. Sebagian besar kasus perselingkuhan tidak terjadi dalam semalam, melainkan didorong oleh beberapa permasalahan lain yang mendahului. Oleh karena itulah dalam tahap rekonsiliasi ini pasangan suami istri harus secara terbuka melakukan evaluasi diri secara pribadi dan dilanjutkan evaluasi berdua bersama pasangan.
Saat kita mengikuti konseling pernikahan, maka konselor akan menolong kita menggali apa saja yang menjadi sumber permasalahan dalam pernikahan kita, misalnya perbedaan karakter, kebutuhan pasangan yang tidak terpenuhi, gaya pengasuhan anak, masalah ekonomi, kekecewaan dan tuntutan pasangan maupun masalah dengan keluarga besar dan lain-lain. Selanjutnya, konselor yang baik juga akan menuntun pasutri tersebut untuk mengambil tindakan pemulihan relasi. Konselor akan melatih pasutri melakukan komunikasi yang efektif, menumbuhan rasa hormat serta menunjukkan cinta sesuai bahasa kasih masing-masing. Memang ada banyak hal yang harus dilakukan dalam rangka memulihkan relasi dan mengerjakan pernikahan yang berbuah. Kita perlu konsisten dan setia dalam setiap prosesnya yang tidak selalu mudah untuk dilalui, tetapi bersama Tuhan, kita dapat belajar melihat pernikahan kita dengan kacamata Tuhan. Mari, kita belajar menggenggam erat tangan Tuhan dan tangan pasangan kita.
2. Melanjutkan hidup bersama Allah.
Bila pasangan tidak dapat atau tidak mau meninggalkan selingkuhannya, maka apa yang sebaiknya kita lakukan? Saat dia tidak mau diajak mengikuti konseling pernikahan dan menolak kembali kepada kita, saat semua usaha dan perjuangan untuk memulihkan pernikahan tetap tidak membuahkan hasil, haruskah kita terus mengemis cinta manusia? Pasangan yang memilih bersama selingkuhannya telah memutuskan ikatan janji pernikahan dan melanjutkan hidup dalam dosa perzinahan. Dia menolak kasih karunia dan pengampunan.
Ketika seseorang memiliki dasar alkitabiah untuk bercerai, maka ia tidak harus tetap bertahan dalam pernikahan tersebut. Dalam hal ini, perceraian bukanlah dosa, asalkan tidak ada perkawinan berikutnya. Pearlians bisa membaca dalam Matius 5:31-32, Lukas 16:18 dan Markus 10:11-12. Pernikahan kedua setelah perceraian adalah dosa perzinahan di hadapan Allah. Oleh karena itu, konsekuensi dari perceraian akibat dari perselingkuhan ini bersifat selamanya. Pasangan yang telah bercerai itu harus tetap melajang. Mari kita membaca Matius 5:32 dan Markus 10:11-12:
“Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”
"Barangsiapa menceraikan isterinya lalu kawin dengan perempuan lain, ia hidup dalam perzinahan terhadap isterinya itu. Dan jika si isteri menceraikan suaminya dan kawin dengan laki-laki lain, ia berbuat zinah."
Lalu bagaimana Pearlians melanjutkan hidup tanpa ada lagi suami di samping kita? Melanjutkan rumah tangga tanpa suami tentu tidaklah mudah, ada urusan ekonomi, isu sosial, rasa aman serta masalah pengasuhan anak yang harus ditanggung sendiri. Ada luka-luka batin dan trauma yang harus dipulihkan. Pearlians bisa meminta bantuan konselor untuk mendampingi dalam masa-masa sulit ini. Kehadiran Tuhan adalah syarat mutlak untuk kita bisa melanjutkan hidup dengan lebih baik. Setiap luka dan kepahitan harus dibereskan bersama Allah. Mari melanjutkan hidup bersama Allah.
Anyway, ini ada beberapa lembaga konseling yang dapat dihubungi oleh Pearlians jika membutuhkan pertolongan lebih lanjut: