Tatoan dan Keimanan

by Rebecca E. Laiya 

Budaya tato sudah dikenal sejak lama oleh suku-suku yang ada di Indonesia. Kebanyakan tato yang dibuat untuk kepentingan ritual peribadatan kepercayaan mereka pada zaman dahulu dan ritual budaya, kesenian, sebagai penanda status sosial dan identitas kelompok. Kemudian, setelah agama masuk dan akses pendidikan tinggi yang makin terbuka, sebagian suku-suku di Indonesia mulai meninggalkan budaya tato tersebut. Seiring berjalannya waktu, ada pandangan yang negatif kepada seseorang yang membuat tato di tubuhnya. Orang-orang yang membuat tato di tubuhnya pada masa itu dianggap sebagai pelaku kejahatan atau kriminal. Lalu, bagaimana dengan sekarang? 

Saat ini, tidak sedikit dari anak muda bahkan masyarakat luas yang membuat tato di tubuhnya tujuan seni atau menunjukkan dirinya adalah penyuka seni atau fashion. Ada juga yang membuat tato yang berhubungan dengan pasangannya atau anaknya sebagai “bukti” cinta kepada mereka. Jenis-jenis tato yang dibuat di tubuh mereka bervariasi—ada yang kecil, sedang, dan besar; jangka pendek dan jangka panjang; di sekujur tubuh, dan hanya di bagian tertentu di tubuh. Dari sini, kita melihat bahwa tato bisa dipandang bukan hanya untuk keperluan adat, stigma negatif, melainkan juga bagian seni dan fashion. 

Lalu, bagaimana makna tato tersebut dalam keimanan kita? 

Saya sudah melakukan survei kecil-kecilan tentang tanggapan sebagian orang tentang tato. Dari sebelas orang anak Tuhan yang menjadi para responden, ada enam orang yang menyatakan bahwa tidak ada hubungannya antara tato dan keimanan. Namun, ada lima orang yang menyatakan bahwa dalam melakukan tato perlu juga diperhatikan tentang latar belakang mengapa orang-orang tertentu membuat tato di tubuhnya dan mengaitkan antara tato dan tubuh adalah bait Allah. Selain itu, dari sebelas orang yang menjawab survei saya, ada delapan orang yang tidak menyetujui jika seseorang membuat tato dan ada tiga orang yang setuju. 

Bila dikaitkan dengan Firman Tuhan, maka ayat yang sesuai dengan masalah tato ini ada pada I Korintus 6:19 yang berbunyi, “Tidak tahukah kamu bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu? Roh kudus yang kamu peroleh dari Allah, dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri.” Berdasarkan studi eksegetis atau studi penafsiran dengan dasar bahasa asli dari Alkitab yang dilakukan oleh Gulo (2016), dijelaskan bahwa ada enam makna dari I Korintus 6:19 ini: 

  1. TUBUH ADALAH BAIT ALLAH
    Kata “Bait Allah” di sini merujuk pada tempat Kudus (Ruang Maha Kudus). Pada zaman Yahudi Kuno, Bait Allah digunakan sebagai tempat Allah hadir untuk bertemu dengan umat-Nya. 

  2. TUBUH ADALAH TEMPAT ROH KUDUS
    Roh  Kudus  adalah  Allah  itu sendiri  merupakan  bagian  dari ketritunggalan Allah (ya, ingatlah pada identitas Allah Tritunggal: Allah Bapa, Allah Putra, Allah Roh Kudus),  yang  bekerja  untuk  menghibur, menolong, menginsafkan setiap orang yang percaya kepada-Nya. 

  3. TUBUH BUKANLAH MILIK KAMU SENDIRI
    Kalimat ini menegaskan bahwa tubuh telah  menjadi  milik  Kristus,  dan  kepunyaan-Nya  sampai selama-lamanya. 

  4. TUBUH ADALAH CIPTAAN BARU
    “Ciptaan baru” yang dimaksud adalah tubuh yang diperbaharui dari tubuh yang lama menjadi tubuh yang baru—atau sering disebut manusia baru. 

  5. TUBUH ADALAH MILIK KRISTUS
    Tubuh  sebagai  milik  Kristus  haruslah dipergunakan sesuai dengan kehendak Tuhan. 

  6. TUBUH ADALAH CIPTAAN KUDUS
    Artinya, tubuh orang percaya adalah diciptakan dengan kudus. Bagian ini menunjuk pada karya Allah yang menebus  dosa-dosa  tubuh  orang  percaya  yang  lama  melalui  Kristus. Pengurbanan Kristus inilah yang membuat manusia berdosa menjadi manusia  baru,  dalam  arti  bahwa  tubuh  telah  diselamatkan  dari  kematian  yang kekal. 

Keenam poin di atas mengajarkan kita bahwa tubuh kita ini adalah tempat kediaman Tuhan dan sudah ditebus oleh Yesus Kristus di atas kayu salib. Artinya, tubuh kita ini adalah tubuh milik Tuhan yang sudah dibersihkan dari segala dosa, dan sebagai manusia yang telah menerima penebusan, kita dipanggil untuk menanggapinya dengan menjaga tubuh dan mengusahakan kekudusan tubuh. Dengan cara apa? Dengan melakukan segala perbuatan dengan tujuan untuk memuliakan nama Tuhan. Pertanyaanya, apakah dengan membuat tato di tubuh kita dapat memuliakan nama Tuhan lewat tubuh kita?  

Memang Alkitab tidak menyebutkan secara eksplisit diperbolehkan atau tidaknya kita dalam membuat tato, tetapi di dalamnya memuat kebenaran Firman Tuhan yang tertulis demikian:  

”Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu berguna. ”Segala sesuatu diperbolehkan.” Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun. – 1 Korintus 10:23 (TB1)

Sebagai orang dewasa yang telah diangkat menjadi anak-anak Tuhan di dalam anugerah-Nya, kita harus berpikir lebih dalam akan hal ini. Meskipun secara sekilas tidak ada hubungannya antara tato dengan keimanan kita kepada Tuhan, kita perlu melakukan refleksi: 

Apakah tato merupakan “kebutuhan” yang harus saya penuhi, atau ini hanya untuk ikut tren? 

Apakah tato di tubuh saya dapat dibuat hanya di tubuh sebagai media? 

Apakah dengan membuat tato, maka saya bebas dari masalah kesehatan? 

Apakah dengan tubuh bertato, saya dapat membawa seseorang untuk mengenal Tuhan? 

Mari kita berefleksi. 

 

Referensi 
Gulo, Manase, 2016, “Studi Eksegetis Ungkapan “Tubuhmu Adalah Bait Roh Kudus” berdasarkan 1 Korintus 6:19,” Jurnal Manna Rafflesia 3/1: 47-75 

Previous
Previous

Memujamu dari Jauh

Next
Next

Bersinar selama Masih Lajang, Apa Bisa?