Joy: Deeper Than Happiness
by Yunie Sutanto
Apakah joy
(sukacita) itu sama dengan happiness (kebahagiaan)? Sekilas saya pikir keduanya
sama, namun setelah diamati nampaklah perbedaan keduanya.
“The joy of the Lord is
my strength…” lirik
lagu sekolah minggu ini populer sekali. Sukacita Tuhanlah sumber kekuatan kita,
bukan? Seperti mentari yang bersinar dan membagikan cahayanya kepada
sekelilingnya, demikianlah sukacita memancar dari hati dan menerangi
sekelilingnya.
Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak
mungkin tersembunyi. Lagipula orang tidak menyalakan pelita lalu meletakkannya
di bawah gantang, melainkan di atas kaki dian sehingga menerangi semua orang di
dalam rumah itu. Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang,
supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di
sorga.
Matius
5:14-16
Wow, dashyat banget ya
saat Tuhan Yesus ada di hati kita? Sukacita-Nya memenuhi hidup kita. Sukacita
adalah hasil persekutuan intim dengan Bapa. Sukacita tidak tergantung pada
faktor-faktor eksternal, tapi justru lahir dari dalam hati yang memiliki
persekutuan erat dengan Tuhan Yesus. Ada aliran-aliran air hidup, ada kehidupan
yang terpancar dari hati. Perkataan yang disampaikan membawa kehidupan, bukan mematikan
semangat. Ada hikmat dan pengajaran di lidah kita sehingga bibir kita menggembalakan
banyak orang. Apa yang keluar di mulut itu meluap dari hati, jadi sukacita yang
ada di hati itu terpancar dari kata-kata.
Sebagai seorang wanita,
sukacita adalah kosmetik yang paling wajib dimiliki. Wanita yang hatinya
dipenuhi sukacita akan tampak mempesona.
There is
in this world no function more important than that of being charming - to
shed joy around, to cast light upon dark days, to be the golden thread of
our destiny and the very spirit of grace and harmony. Is not this to render a
service? - Victor Hugo [emphasis added]
To shed joy around, kemanapun wanita
yang bersukacita melangkah, ia menaburkan sukacita di sekelilingnya. Orang
menyukai keberadaannya, ia menjadi terang Kristus dimanapun ia berada.
Lantas , bagaimana dengan happiness (kebahagiaan)?
Definisi bahagia versi tiap orang beda-beda. Bahagia itu terjadi jika tubuh
saya betisnya bisa lebih ramping, punya tabungan 1 triliun dan aneka bisnis yang
menghasilkan passive income, punya suami yang romantis kayak di film korea, atau seperti di
novel-novel, punya rumah sendiri, ga numpang ma mertua terus, bisa jalan-jalan
ke luar negeri tiap liburan, bisa punya pasangan dalam tempo
sesingkat-singkatnya, bisa punya momongan, bisa kuliah lagi, bisa dapat
lowongan pekerjaan…
Wah kalau dibikin daftar bisa ga habis itu ya?
Ada juga yang bilang, “Bahagia itu sederhana”. Misalnya, bisa makan mi
instant dan minum kopi tubruk pagi ini tuh udah bahagia. Nikmati aja hidup, bukankah
bahagia itu sederhana? Tapi, sesederhana apapun, tetap saja yang namanya bahagia
itu ada syarat dan kondisi yang harus dipenuhi. Jika saya ……..maka saya
bahagia. Titik-titik diisi dengan versi bahagia masing-masing.
Setelah membahas dua kata ini, ternyata berbeda banget ya sukacita
dengan bahagia? Sangat berbeda! Apa yang kita gunakan sebagai dasar hidup kita?
Sukacita Tuhan yang lahir dari hati, atau bahagia yang berdasarkan keadaan?
Kalau dasar hidup kita keadaan kok rasanya rapuh banget ya hidup kita? Pantesan
mood swing terus, uring-uringan terus, karena hidup berdasarkan syarat
dan kondisi. Kalau tanggal-tanggal tertentu, banyak wanita yang jadi bad
mood dan overacting. Wah, ga enak banget hidup di bawah kendali
emosi dan hormon ya?
Kita yang sudah lahir dari Roh, yuk hidup juga mengandalkan buah-buah roh,
salah satunya sukacita. Sukacita yang tetap ada, sekalipun kena PHK, sekalipun
lagi PMS, sekalipun diputusin cowok, sekalipun berat badan naik terus,
sekalipun jerawat seperti ternak mutiara, sekalipun sidang tidak lulus,
sekalipun…….
Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil
pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan
makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam
kandang,
namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah
yang menyelamatkan aku.Habakuk 3:17-18