God is Holy, So What?: Ulasan Buku “Holier than Thou” 

by Eunike Santosa 

“Kalau Allah itu kudus, maka Ia tak berdosa. 

Kalau Allah tak berdosa, maka Ia tak bisa berbuat dosa padamu. 

Kalau Allah tak bisa berbuat dosa padamu,  

tidakkah itu membuat Allah sebagai pribadi yang terpercaya?” 

Kutipan tersebut berada di sinopsis buku Holier than Thou*, dan setelah membacanya, saya langsung tertarik dengan buku ini. Terlebih karena saya suka dengan gaya tulis sang penulis dari buku pertama JHP (Jackie Hill Perry) yang berjudul Gay Girl, Good God (baca, deh. Bukunya bagus, lo!). Saya suka dengan gaya humor dan tata bahasa pengajaran yang dia pakai. Itulah kenapa begitu buku terbarunya ini keluar, saya tanpa ragu langsung membelinya. 

Setelah membaca Holier than Thou hingga tuntas, saya bisa bilang bahwa buku ini mengajak pembaca untuk berpikir lebih dalam secara teologis. Namun tidak berhenti di situ saja, pengertian abstrak teologis tersebut kemudian dilanjutkan dan disangkutpautkan terhadap saya sebagai manusia. Kalau Pearlians terbiasa membaca buku-buku teologis yang berat, maka buku ini termasuk ringan-sedang. Namun, buat Pearlians yang ingin mencicipi makanan yang lebih berat, maka buku ini termasuk cucok untuk membuat otak dilatih berpikir lebih rumit sedikit. Eh, jangan terintimidasi dulu! Jackie termasuk guru yang pintar mengajar dengan rangkaian kata-kata yang unik dan dengan diselingi humor gayanya, Pearlians bisa menikmati membaca dan mengenal tentang kekudusan Allah dengan santai.  

Saya suka dengan alur buku ini, karena Jackie memulainya dengan fokus terhadap Allah. Misalnya dengan signifikansi dari frasa “Kudus, kudus, kudus” di dalam Perjanjian Lama, dan dia juga mengutip kisah-kisah dalam Alkitab yang memperlihatkan kekudusan Allah (seperti Yesaya 6:5, ketika Yesaya melihat Allah). Dari sini, sang penulis memperlihatkan apa arti kekudusan Allah secara moralitas, dan mengontraskannya dengan apa yang manusia lakukan sejauh ini (yaitu berdosa). Selain itu, Jackie juga membahas bagaimana kekudusan Allah itu berarti bahwa itu melampaui segala hal. 

Di dalam pertengahan buku, Jackie memperlihatkan seperti apa ‘ketidakkudusan’ itu dan bagaimana Allah yang kudus menghadapinya. Di sini, tema tentang keilahian dan keadilan muncul. Keadilan yang kudus tersebut tentunya dapat dilihat pada karya Kristus di kayu salib.  

Pada akhirnya, Jackie menutup dengan respons kita yang sepatutnya sebagai manusia tentang kekudusan Allah ini, yaitu: 

  1. kita semua dipanggil untuk menjadi kudus, dan 

  2. untuk menjadi kudus, kita perlu mengenal Allah terlebih dahulu. Dari sanalah akan terbentuk pengertian yang tepat mengenai satu-satunya Pribadi yang kudus dan sempurna itu 

 

Dengan alur tersebut, Pearlians diajak untuk berpikir dan kemudian untuk merespons dengan pengertian dan pengenalan yang benar akan Allah. Harapannya adalah bahwa pada akhirnya Pearlians bisa menjawab judul artikel ini. (Allah itu kudus, trus apa hubungannya dengan saya?) :P  

Jadi, kalau Pearlians ingin mengenal lebih dalam tentang kekudusan Allah, buku ini cocok sebagai referensinya. Nah, apakah ini satu-satunya buku yang membahas tentang kekudusan Allah? Tentu tidak!  Ada buku The Knowledge of the Holy (Mengenal yang Mahakudus) oleh bapak A.W. Tozer, kemudian ada juga Holiness of God (Kekudusan Allah) oleh R.C. Sproul, dan sebagainya boleh Pearlians embat. Perbedaannya adalah, kalo bapak-bapak di atas itu sudah wafat, si Mbak Jackie adalah seorang wanita berumur 30-an hehehe. Dalam Holier than Thou ini pun, Jackie banyak mengutip dari dua buku tersebut.  

Nah, sayangnya buku ini belum ada terjemahan ke bahasa Indonesia. Jadi kalau hendak membacanya, baru tersedia dalam bahasa Inggris dan belum tersedia secara fisik di Indonesia tampaknya (kecuali Pearlians ingin membeli dari Amazon langsung dan impor masuk Indonesia). Buku ini bisa Pearlians beli di Google Books, dan tentunya bisa dapat dengan menitip teman yang tinggal di luar negeri (di Amerika Serikat) hehehe. 

Selamat membaca! 

 

*Bingung arti kalimat ini? Kalimat Holier than Thou dapat diterjemahkan secara literal sebagai ‘lebih suci darimu’. Ini adalah sebuah frasa yang lumayan umum dipakai dalam bahasa Inggris. Tapi konotasinya biasanya dipakai untuk menunjukkan superioritas secara moral. Misalnya ketika melihat seseorang yang “sok suci”, frasa ini bisa dipakai: “He has a holier than thou attitude” - Perilaku dia ini sok suci (terjemahan secara kasar). Secara Alkitabiah, kalimat ini tentunya menunjukkan kepada Tuhan, bahwa tidak ada yang lebih suci dari-Mu (Tuhan), dan tentunya ini tujuan dari sang penulis untuk memilih frasa ini sebagai judul bukunya. :) 

Previous
Previous

How to be Holy, when We Feel We are Not

Next
Next

Menjadi Kudus, Membayar Harga