Menjadi Kudus, Membayar Harga

by Poppy Noviana

“Lupa tadi, taro di mana yah itu barang? Padahal barang itu aku simpen ditempat yang aman, saking amannya aku lupa taro di mana. Huft.“

Nah, lo… Siapa yang pernah ngalamin ini? Saking mau memperkuat proteksi, barang tersebut dipisahkan dari barang yang lain, diletakan pada tempat paling aman, dan tersembunyi. Bila perlu, anti rayap, suhu kondusif, pencahayaan yang cukup, dan lain-lain. Namun, manusia ya ada aja lupanya, karena apa pun yang kita pisahkan dari kondisi pada umumnya, tetap ada risikonya: Bisa hilang, rusak, atau jadi sangat terawat karena mendapat tempat khusus yang dikondisikan perawatannya. Lalu, apa hubungannya dengan pembahasan kita di Pearl kali ini? 

Akan tetapi kami harus selalu mengucap syukur kepada Allah karena KAMU, saudara-saudara, yang dikasihi Tuhan, sebab Allah dari mulanya TELAH MEMILIH KAMU untuk diselamatkan dalam Roh yang menguduskan KAMU dan dalam kebenaran yang KAMU percayai.
(2 Tesalonika 2:13) 

Tahukah Pearlians bahwa sejak mula manusia sudah memiliki natur dosa? Ya, sejak lahir, kita sudah tidak lepas dari kehidupan yang berdosa. Contohnya saja adalah anak-anak yang cenderung mudah untuk mengambil sesuatu yang bukan miliknya, padahal tidak ada yang mengajarkan kepadanya untuk mengambil dan mengingini milik orang lain. Namun, untuk belajar memberi apa yang ia miliki untuk orang lain, ia harus belajar dan punya pemahaman sampai terbiasa untuk melakukannya.

Lah, bagaimana kalau sejak awal saja kita sudah berdosa?

Sebagai Pencipta, Allah yang adil dan mengasihi kita tidak menginginkan perpisahan dengan ciptaan-Nya untuk selamanya. Karena itu, dengan inisiatif-Nya, Dia mengutus Anak-Nya yang Tunggal datang ke dunia untuk menebus hukuman atas dosa yang seharusnya kita tanggung. Dialah Tuhan kita Yesus Kristus yang menjadi penanggung yang dengan sengaja mau disiksa dan dihukum untuk manusia, termasuk kita. Ya.. penebusan-Nya yang mengorbankan nyawa adalah kasih yang terbesar. Pertanyaannya, percayakah Pearlians kepada Yesus? Sudahkah Pearlians menerima pengorbanan-Nya secara pribadi?

Kalau sudah ditebus oleh Allah, apa bagian yang bisa kita lakukan sebagai ungkapan syukur atas keselamatan dari-Nya? Jawabannya adalah dengan menerima, mengenal, dan mengasihi-Nya segenap hidup kita. (Matius 22:37-38)

Bagaimana cara mengasihi Dia?

Melalui iman dan ketaatan pada Firman-Nya, sebab Firman-Nya adalah hikmat yang memberikan arah dan penerangan untuk perjalanan selanjutnya. Mengapa demikian? Karena hanya Allah yang memahami tujuan dan mengerti fungsi atas hidup yang diberikan kepada kita hari ini sebagai pribadi yang dikuduskan. Artinya, Allah “memisahkan” kita dari yang lain dan Dia ingin mendapati kita berbeda dengan cara dunia bekerja. Berbeda di sini bukan berarti otomatis jadi pertapa atau jadi seperti malaikat. Tidak. Walaupun hidup di dunia yang berdosa, kita memiliki mandat untuk mewarnai dunia dengan citra Allah, seperti melalui kasih-Nya yang menerima dan menyokong kita luar dan dalam. Kasih seperti itu tidak akan bisa ditemukan dalam orang paling agamis, karena tanpa Allah, kasih yang dimiliki manusia hanya dipenuhi dengan keinginan transaksional.

Sebagai orang-orang yang dikuduskan-Nya, kita mendapat penugasan yang sesuai dengan kehendak Allah. Ada misi khusus atas hidup orang kudus, sebab sudah ditentukan tujuan hidupnya sejak awal ia dikandung ibunya (seperti Yeremia – Yeremia 1:7). Namun, perlu diingat juga bahwa ada konsekuensi logis atas hal tersebut, yaitu tidak semua hal yang berkenan kepada Allah bisa diterima begitu saja oleh orang lain, apalagi ketika mereka melihat cara hidup kita yang berbeda dari mereka. Tidak apa-apa, Pearlians, karena Allah tidak hanya mengutus, tetapi juga menyertai kita untuk menuntaskan tanggung jawab yang dipercayakan-Nya hingga garis akhir.

Kalau begitu, apakah dikuduskan itu artinya menjadi pasif? Hanya berserah dan tidak perlu melakukan apa-apa?

Saya rasa tidak demikian. Orang yang dikuduskan memiliki panggilan untuk hidup seperti untuk Kristus melalui melakukan Firman-Nya, perjalanannya selalu untuk terus dimurnikan dari waktu ke waktu sampai terbiasa dengan penderitaan saat diproses. Hal ini tentu tidak mudah: ada harga yang harus dibayar, ada usaha yang perlu dilakukan, dan ada agenda lain di luar keinginan kamu yang perlu diprioritaskan. Contoh sederhana: saat kamu ingin sekali mempunyai sebuah gadget baru yang lagi tren, sementara gadget-mu saat ini masih bagus dan berfungsi. Namun, saat berdiam diri dan bertanya kepada yang Empunya segala-Nya, Dia lebih suka kamu menggunakan asetmu untuk menolong keluarga dekatmu yang sedang terbeban berat, memperhatikan hidup dan menabur bagi dia. Ya, sebab kehendak-Nya selalu untuk mengutamakan kepentingan orang lain, bukan kepentingan diri sendiri (Filipi 2:4). Terdengar sulit, ya? Apa hal seperti ini menguntungkan bagimu? Mungkin malah merugikan, yah, kalau dihitung-hitung. Itulah sebabnya Paulus mengatakan:

“Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.”
(Filipi 1:21) 

Jadi, dari zaman Paulus sudah jelas, kalau ikut Kristus jangan berharap untung dalam definisi dunia, nanti kita bisa kecewa berat.

Kenapa saya harus rela membayar harga?

Setelah semua yang Yesus sudah lakukan bagi kita, apakah ada rasa tanggung jawab dan respect yang muncul di dalam diri kita? Apakah “karya terbesar” ini layak disia-siakan? Jika kita mengenal Dia dan percaya pada janji-Nya—kehidupan kekal yang sudah tersedia bagi kita saat kembali kepada-Nya—maka rela menderita seketika dan membayar harga untuk proses dikuduskan itu pantas dilakukan.

Baik, kalau begitu saya bisa mulai dari mana?

Mari kita memulainya dari hati yang mau belajar, pikiran yang mau berubah, dan sikap yang seturut dengan hikmat yang Roh Kudus kerjakan dalam konteksmu saat itu. Paulus pun menegaskannya dalam Kolose 3:1-4:

Karena itu, kalau kamu dibangkitkan bersama dengan Kristus, carilah perkara yang di atas, di mana Kristus ada, duduk di sebelah kanan Allah. Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Sebab kamu tau ganjaran atas hidupmu yang berubah adalah apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan.

Hasilnya seperti yang Paulus ungkapkan berikut:

Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya. Barangsiapa berbuat kesalahan, ia akan menanggung kesalahannya itu, karena Tuhan tidak memandang orang.
(Kolose 3:24-25)

Hal ini hanya sebagian kecil dari pengenalan akan Firman Tuhan yang dapat saya jabarkan. Saya merekomendasikan agar Pearlians dapat secara pribadi melakukan pendalaman tiap poin di atas. Pearlians bisa melakukannya bersama komunitas atau one-on-one dan sesuai dengan kebutuhan. Melalui pemahaman yang terus diperbarui ini, Allah sedang menuntun kita kepada kebebasan yang melegakan dan menolong kita untuk menjalani hidup dari hari ke hari, tetap bersyukur dalam kesukaran, dan bersukacita dalam berbagai ujian kehidupan. Hidup kudus bukan memisahkan diri dari kehidupan dunia, tapi hidup berdasarkan kebenaran Firman Tuhan, supaya dunia menyaksikan kebenaran-Nya dengan cara hidup kita yang kudus dan mengikut Dia dengan sukarela karena telah lebih dulu merasakan kebaikan-Nya. Selamat menghidupi kekudusan hidup bersama Tuhan, Kekasih yang sejati!

Previous
Previous

God is Holy, So What?: Ulasan Buku “Holier than Thou” 

Next
Next

Mengenal Roh Kudus