Ketika Aku Sakit
by Benita Vida
Hi, Pearlians! Apa kabar? Semoga Pearlians dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia, ya!
Pernahkah kita mendapatkan berita mengejutkan? Berita mengejutkan tidak selalu berupa kabar baik. Kadang kita juga mendapatkan kejutan dari berita buruk yang membuat kita gelisah dan takut. Seperti apakah perasaan normal yang muncul saat kita menerima kabar buruk? Bagaimana penghiburan dari Firman Tuhan dapat menguatkan kita menghadapi pergumulan tersebut? Yuk, kita bahas bersama!
Hampir setiap orang pernah mengalami perasaan terkejut. Kaki tiba-tiba lemas, perut mulas tanpa sebab, jantung berdetak tidak beraturan, bahkan ada yang pingsan karena terlalu syok. Wah, kalau disuruh mengulang perasaan dan keadaan seperti itu, pasti kita tidak mau ya!
Salah satu berita buruk yang sering kali membuat kita takut dan gelisah adalah diagnosa dokter bahwa kita atau orang yang kita kasihi mengidap penyakit kritis. Terbayangkah? Rasanya seperti disambar petir dan langit runtuh di kepala kita. Bagaimana reaksi kita? Pastinya kita kaget, terdiam, takut, dan overthinking. Pikiran kita campur aduk membayangkan semua kemungkinan terburuk yang bisa terjadi. Tentu saja reaksi tubuh kita pasti mengikuti! Ada orang yang menjadi sakit perut, berkeringat, lemas, bahkan pingsan. Normalkah? Sangat normal. Dosakah? Tentu tidak! Bahkan Yesus yang sudah tahu akan menderita pun, berdoa dengan sangat ketakutan hingga peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah (Lukas 22:44).
Aku juga pernah mengalami rasa takut yang sangat besar saat didiagnosa menderita penyakit hyperthyroid. Rasanya dunia berhenti saat mendengarnya.
Seberapa parah, ya, sakit ini?
Membahayakankah?
Mematikankah?
Sekalipun aku berprofesi sebagai seorang tenaga kesehatan, aku tetap tidak bisa berpikir jernih dan tenang saat mendengar berita ini. Aku sangat takut dan ingin menangis, namun air mata sulit keluar. Campur aduk rasanya. Mendengarkan penjelasan dokter pun tidak fokus. Aku hanya bisa berusaha taat menjalankan seluruh anjuran dokter yaitu bed rest, minum obat, tidak boleh bekerja, hanya boleh tidur dan mengurangi gerak karena detak jantungku sudah mencapai 140 kali per menit, bahkan saat sedang tidur tanpa melakukan aktivitas apa pun.
Obat yang diminum tidak terlalu banyak, tapi ada obat penenang yang mempunyai efek samping cukup berat. Aku jadi sulit buang air kecil dan sering kram di berbagai area tubuhku. Tak jarang aku terbangun pada malam hari karena gerakan tidur membuatku kram. Sebulan yang dilewati terasa lama sekali. Penjelasan dokter bahwa penyakit ini tidak diketahui penyebab pastinya karena merupakan penyakit autoimun yang dipengaruhi oleh faktor genetik (keturunan), membuatku semakin down. Rasanya mau tenggelam saja!
Syukurlah, selama masa bed rest, justru Tuhan banyak berbicara padaku. Saat menanggung penderitaan akibat efek samping obat, penghiburan-Nya nyata buatku. Aku ingat Tuhan mengatakan, “Menyembuhkanmu itu semudah membalikkan telapak tangan, Nak! Tapi apakah kamu sudah siap menerima kesembuhan itu? Apakah kamu bisa tetap setia dan percaya bahkan mengasihi-Ku jika penyakit ini Aku izinkan ada seumur hidupmu?”
Wah, aku tak bisa menjawabnya waktu itu. Aku maunya sembuh! Siapa pun pasti mau sembuh. Namun bagaimana kalau Tuhan menghendaki penyakit ini kuderita seumur hidupku, ya? Siapa yang mau sakit? Tentu tidak ada. Hari-hari berlalu dengan penolakan. Aku mau sembuh, Tuhan…! Hingga pada suatu titik aku teringat bahwa jika ada duri dalam dagingku yang sangat tidak nyaman itu, justru kuasa-Nya terlihat nyata dan sempurna!
Tetapi jawab Tuhan kepadaku: ”Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.”
2 Korintus 12:9-10
Aku tersadar bahwa justru jika aku lemah, aku bisa melihat kuasa Tuhan. Jika aku diizinkan sakit, aku akan bergantung pada-Nya. Tentu mudah bagi Tuhan menyembuhkan, tetapi rasanya aku akan segera lupa, bahkan hilang ‘greget’ sama Tuhan jika itu terjadi. Melalui penyakitku ini, apa yang mustahil menurut ilmu pengetahuan, ternyata tidak pernah mustahil bagi Allah. Orang-orang jadi bisa melihat betapa hebatnya dan tak terbatasnya kuasa Allah, bukan?
Pearlians, mungkin banyak di antara kita yang menerima diagnosa penyakit kritis. Bahkan mungkin ada yang menghadapi penyakit serius yang mematikan. Bila sedih hatimu, menangislah! Bila engkau takut dan gelisah, ungkapkanlah! Berserulah kepada Allah Bapa! Jangan sampai kamu kehilangan pengharapan! Jangan menyerah ya! Berserulah bersama Pemazmur menaikkan doa minta penyembuhan!
“TUHAN, kasihanilah aku, sembuhkanlah aku, sebab terhadap Engkaulah aku berdosa!”
Mazmur 41:5
Tidak ada penyakit yang kita alami tanpa seizin Allah. Percayalah, tidak ada sehelai pun rambutmu yang terjatuh tanpa seizin Allah (Lukas 21:18). Pearlians, mungkin kita bisa menerima mukjizat kesembuhan. Namun, tak menutup kemungkinan kita harus berdamai dan hidup dengan “duri dalam daging” yang Tuhan izinkan. Seandainya kita memang tidak bisa melakukan banyak hal yang bisa dilakukan oleh orang normal lainnya, bertahanlah! Ada tujuan dan rencana indah yang Tuhan sediakan untuk kita, bahkan mungkin Tuhan sedang mempersiapkan kita menjadi saluran berkat dan alat kemuliaan-Nya.
Kita juga perlu mencari teman seperjuangan dan komunitas yang bisa memberi penghiburan dan semangat agar kita tetap kuat dan setia kepada Tuhan sampai akhir. Komunitas yang baik akan menjadi perpanjangan tangan Tuhan saat kita mencurahkan isi hati dan kegelisahan kita. Perhatian dan kepedulian mereka akan mengingatkan kita bahwa Tuhan itu baik. Selain itu, teman-teman dalam komunitas dapat menolong kita melihat sakit-penyakit yang kita alami dari sudut pandang yang berbeda, misalnya dengan memberi nasihat mencari second opinion atau petunjuk hidup sehat yang selama ini kita belum tahu.
Jika hari ini dalam kesakitan dan penantianmu, Tuhan bertanya “Apakah kamu akan tetap percaya dan mengasihi-Ku sekalipun kamu tidak sembuh?”, kira-kira apa jawaban kita? Tetapkah kita percaya seperti Sadrakh, Mesakh, dan Abednego sewaktu akan dilemparkan ke perapian yang menyala-nyala?
“Tapi kalaupun Dia tidak menyelamatkan kami, kami ingin Tuan tahu bahwa kami tidak akan menyembah dewa-dewa Tuan, atau sujud pada patung emas yang Tuan dirikan.”
Daniel 3:18
Doaku buatmu, tetap kuat! Ingat, pertarungan berat datang kepada prajurit terkuat-Nya! Apapun yang kamu alami hari ini, kamu kuat! Arahkan pandanganmu kepada-Nya dan berlarilah menuju garis akhir! Tetaplah setia kepada Tuhan apapun pergumulan kita!
Sebagai penutup, kiranya lagu Danny Gokey yang berjudul Stay Strong dapat memberikan kekuatan buat Pearlians.
I've been asking for healing and I'm not gonna lie
I'm ready for the miracle, God, let it be this time
But if I never see the promise on this side of the grave
My hope might be shaken but my faith will never break