Pemuridan Era Digital

by Eliani Angga Safitri

Selamat Paskah dan selamat ulang tahun, Majalah Pearl! Yes, hari ini, 10 April, Pearl telah berusia 12 tahun! 😊 Nah, pernahkah Pearlians terpikir bahwa pelayanan yang dilakukan Majalah Pearl ini merupakan salah satu sarana untuk memuridkan para wanita Kristen untuk hidup di dalam kebenaran firman Tuhan? 

Berbicara tentang pemuridan tampaknya tidak ada habisnya, ya. Saya teringat ketika menjadi mahasiswa di kampus pinggiran ibukota dulu, saya terpikat oleh penggalian firman Tuhan yang begitu dalam dan mengenyangkan. Retreat mahasiswa baru menjadi momen penting pertumbuhan iman saya. Semenjak itu, saya begitu giat menikmati acara-acara pembinaan yang diadakan oleh Persekutuan Mahasiswa Kristen, terutama dalam kelompok kecil pemuridan. 

By the way, saya bukanlah orang Kristen baru. Saya dibaptis sejak berumur setahun dan saya rajin ke gereja sejak kecil. Gereja saya juga memberikan kegiatan-kegiatan pembinaan iman mulai dari Sekolah Minggu, kebaktian remaja hingga acara-acara seminar pembaharuan iman. Namun, tak dapat disangkali bahwa iman saya baru dibangunkan begitu kuat saat saya dibina dalam kampus oleh salah satu lembaga persekutuan antar universitas (parachurch). Hmm… Apakah Pearlians mengalami hal yang serupa dengan saya? 

Pembinaan itu masih tetap berlanjut setelah saya lulus kuliah dan berkeluarga. Pertumbuhan iman saya justru melesat saat mengikuti pembinaan dari luar gereja. Keluarga kecil kami dibina dan bertumbuh lewat pelayanan Yayasan Eunike (Sahabat Kristus). Secara pribadi, sebagai seorang wanita, saya juga dikenyangkan dengan makanan rohani dari reviveourhearts, LADIMI (Ladies Discipleship Ministry) dan BSF (Bible Study Fellowship). Di era digital sekarang, pemuridan secara online semakin menjamur. BRG (Bible Reading Group) adalah salah satu contoh komunitas yang berkembang sangat pesat dan membantu para wanita Indonesia bertumbuh dalam iman. 

Pearlians, orang-orang yang telah lahir baru, yaitu mereka yang percaya Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamatnya pribadi, harus dimuridkan agar bertumbuh dan menghasilkan buah. Perintah untuk memuridkan dapat kita baca dalam Matius 28:19-20

“Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.”  

Dalam ayat tersebut, kata murid berasal dari Bahasa Yunani mathetes yang berarti “orang yang mengarahkan pikirannya kepada sesuatu”. Makna mathetes adalah bahwa seorang murid meniru kehidupan dan ajaran Sang Guru secara aktif. Artinya, ada “magang” yang disengaja untuk membuat seorang murid terbentuk sepenuhnya menjadi salinan hidup dari Sang Guru. Yesus telah memberikan teladan pemuridan kepada kedua belas murid-Nya selama tiga tahun. Ia bukan hanya mengajar, melainkan juga berbagi hidup dengan para murid agar mereka bertumbuh makin mengenal-Nya dan makin serupa dengan-Nya. 

Jadi, bagaimana pemuridan dilakukan? Tidak cukup hanya dengan berbagi Firman Tuhan, tetapi perlu ada teladan dalam menghidupi Firman melalui sharing atau berbagi hidup. Tujuan dari pemuridan adalah menghasilkan murid Kristus yang terus bertumbuh makin serupa Kristus, yang kemudian diperlengkapi untuk menjangkau murid-murid baru. Jadi dalam pemuridan harus sampai pada tujuan pelipatgandaan. Dengan kata lain, orang percaya yang telah dibina semakin mengenal dan serupa Kristus, juga harus berjuang untuk memuridkan orang lain

Gereja dipanggil untuk melakukan fungsi pemuridan ini bagi jemaatnya. Namun, ada orang-orang seperti saya, yang sekalipun gereja sudah menyediakan sarana pemuridan, tapi justru mengalami pertumbuhan iman melalui pelayanan parachurch—organisasi Kristen yang bekerja di luar dan lintas denominasi. Organisasi-organisasi seperti ini menyediakan banyak pelayanan dan pelatihan terspesialisasi dan mengkhususkan diri dalam hal-hal yang mungkin tidak dapat dilakukan secara khusus oleh gereja. Nah, mungkin setelah membaca sampai di sini, Pearlians jadi bertanya-tanya: 

“Apakah gereja ‘kurang’ dalam menjalankan fungsi pemuridan?” 

“Lah, berarti boleh, dong, kita cuma aktif ikut pemuridan dari lembaga di luar gereja, terus gereja cuma jadi ‘rumah singgah’ di hari Minggu?” 

Hmm… kondisi ini tidak terhindarkan, Pearlians, tetapi kita perlu mengingat bahwa setiap orang Kristen seharusnya tertanam di satu gereja untuk bertumbuh bersama dan saling melayani. Walaupun tidak sempurna, gereja adalah rumah rohani bagi pertumbuhan iman kita. 1 Petrus 2:4-5 mengatakan bahwa sebagai orang percaya yang telah datang kepada Yesus (Sang batu penjuru gereja), kita diutus menjadi ‘batu hidup’ untuk pembangunan suatu rumah rohani (tubuh Kristus/gereja). 

“Dan datanglah kepada-Nya, batu yang hidup itu, yang memang dibuang oleh manusia, tetapi yang dipilih dan dihormat di hadirat Allah. Dan biarlah kamu juga dipergunakan sebagai batu hidup untuk pembangunan suatu rumah rohani, bagi suatu imamat kudus, untuk mempersembahkan persembahan rohani yang karena Yesus Kristus berkenan kepada Allah.” 

Sebagai manusia yang telah lahir baru, kita tentu memiliki relasi karib dengan Kristus dan setia untuk datang kepada-Nya dalam doa dan Firman. Relasi ini akan memberikan kita kepekaan untuk melakukan sesuatu bagi gereja-Nya. Kita akan tahu apa yang Tuhan ingin kita lakukan sebagai bagian dari ‘batu hidup’ yang turut membangun tubuh Kristus. Batu yang hidup berarti batu yang bergerak dinamis, dan aktif melakukan sesuatu, dengan berpijak pada Kristus sebagai batu penjuru (pondasi) dan saling bergandengan membentuk struktur bangunan yang utuh yaitu gereja. 

Pearlians, gereja memang bukanlah terdiri dari orang-orang dengan fungsi yang sempurna—bahkan sebaik apa pun para anggota di dalamnya. Namun, saat kita merasa gereja belum menjalankan peran pemuridan secara spesifik di bidang tertentu, mungkin itulah panggilan yang Tuhan tanamkan agar kita terlibat langsung memperjuangkannya. Bagi kita yang telah merasakan dampak pemuridan itu dalam kehidupan pribadi, kita perlu bergumul bersama Tuhan dalam berinisiatif untuk memuridkan saudara seiman dalam gereja masing-masing. Namun, bila kita sendiri memang masih dalam tahap belajar dan perlu dimuridkan sementara gereja tidak menyediakan pembinaan yang cukup untuk memperlengkapi kita secara spesifik, kita boleh saja mengikuti pembinaan dari organisasi luar gereja untuk bertumbuh. Meskipun demikian, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum Pearlians memutuskan untuk bergabung dengan organisasi parachurch, baik online maupun offline

1. Mengajarkan Firman Tuhan dalam Alkitab 

Komunitas yang akan kita ikuti harus mengajarkan kebenaran Firman Tuhan dengan alkitab sebagai dasarnya. Pearlians harus menguji setiap pengajaran yang diberikan di bawah terang Firman Tuhan dan dengan pimpinan Roh Kudus. Apabila ada penyimpangan, Pearlians harus tegas untuk kembali pada kebenaran Alkitab. 

2. Doktrin yang benar 

Komunitas Kristen harus memberikan pembinaan dengan landasan doktrin yang benar. Mereka harus mengaku dan percaya bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan dan satu-satunya Allah yang hidup. Pengajaran mereka tidak boleh mengingkari kebenaran tentang Allah Tritunggal, karya penebusan Kristus, serta pengharapan eskatologis akan kedatangan Yesus kembali. Doktrin-doktrin yang benar harus menjadi landasan setiap pembinaan yang mereka berikan. Ini bukan berarti kita hanya cukup dengan menguasai doktrin, karena pemahaman doktrin sebanyak apa pun tidak menjamin kita berproses mengenal Tuhan dan percaya kepada-Nya. 

3. Ada buahnya 

Komunitas yang baik akan teruji lewat buah yang dihasilkan. Kita bisa melihatnya dari teladan hidup orang-orang yang melayani di sana. Buah-buah Roh dalam Galatia 5:22-23, yaitu kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri harus tampak dalam kehidupan sehari-hari orang-orang di komunitas tersebut. Inilah alasan kita perlu bijak dalam memilih tempat untuk bertumbuh, ya 😊 

Era digital ini memang memudahkan kita terpapar oleh berbagai pengajaran—dan sayangnya, tidak semua pengajaran itu tepat (termasuk yang ada di kalangan orang Kristen). Kabar baiknya, kita tidak berjalan sendirian, kok. Ada Tuhan yang berkenan menolong kita bertumbuh di dalam-Nya setiap hari. Tentu dari kita sendiri juga perlu terus bergantung kepada Tuhan dalam mengenal-Nya dan menekuni kebenaran-Nya, ya. Nah, Pearlians, mari kita terus berjuang menjadi murid Kristus yang sejati! Kiranya Tuhan senantiasa menolong kita bertumbuh dan memperlengkapi diri untuk menjadikan orang lain murid Kristus di mana pun kita ditempatkan. 

Previous
Previous

Ketika Aku Sakit

Next
Next

Aging Gracefully: Menerima Usia Tua dengan Damai