Mengenal Roh Kudus

by Rebecca Laiya

Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang penolong (Yohanes 14:16)

Setelah Yesus Kristus lahir, disalibkan, bangkit dan naik ke surga, terjadilah peristiwa turunnya Roh Kudus. Peristiwa tersebut belum diartikulasikan dalam doktrin Tritunggal, sehingga banyak orang yang salah memahami konsep Tuhan dalam kekristenan. Syukur kepada Tuhan, Ia memilih orang-orang untuk menjelaskan hubungan antara Allah, Kristus dan Roh Kudus. Mereka bukan tiga melainkan satu. Bila ada orang-orang yang masih bingung, saya percaya hanya pewahyuan dari Tuhan yang memampukan seseorang untuk memahami konsep ketuhanan Tritunggal sepenuhnya.

Lalu siapakah Roh Kudus itu? Sebagaimana Bapa dan Kristus, Roh Kudus adalah Tuhan. Ia adalah penolong kita yang berwujud Roh.  Ketika kita menerima Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Raja, Roh Kudus hadir dalam hati kita. Namun, kehadirannya tidak dapat menetap begitu saja. Kita harus melatih hati kita agar Roh Kudus bekerja dengan luar biasa. Firman Tuhan menjelaskan, tubuh memang, lemah, namun Roh kuat – hal ini menunjukkan bahwa tubuh harus berjalan bersama dengan Roh.  Meskipun demikian, tubuh yang lemah dan tidak tunduk oleh Roh akan mendatangkan kerugian.

Setelah lahir baru, saya mengalami jatuh bangun dalam melatih kepekaan pada Roh Kudus. Pada akhirnya, saya menemukan sebuah kurikulum yang sebenarnya ditujukan untuk homeschooling anak saya. Kurikulum ini diinisiasi oleh seorang tokoh pendidik wanita dari Inggris bernama Charlotte Mason. Kurikulum tersebut memiliki pandangan bahwa pendidikan harus dipandang secara menyeluruh. 

Dalam pendidikan berdasarkan kurikulum Charlotte Mason ini, ada tiga hal yang diperhatikan. Aspek pertama adalah atmosfer. Pendidik harus membangun atmosfer belajar yang kondusif dan nyaman untuk anak. Dengan kata lain, orang tua harus menjadikan diri mereka contoh untuk ditiru. Orang tua dan anak adalah kawan seperjalanan saling membangun dan membentuk.

Aspek kedua adalah disiplin. Disiplin pada konteks kurikulum ini bukan pendisiplinan yang keras sehingga anak patuh karena takut, tetapi disiplin penuh kasih sehingga anak belajar patuh karena mereka tahu hal itu untuk kebaikan. Salah satu metode yang dilakukan adalah mengganti kebiasaan buruk dengan kebiasaan baik melalui ‘habit training’ yaitu melatih kebiasaan-kebiasan baik, seperti habit of obedience atau kebiasaan untuk patuh, habit of attention atau kebiasaan untuk fokus, habit of perfection atau kebiasaan untuk melakukan yang terbaik.

Aspek terakhir adalah adalah ide hidup.  Arti dari ide hidup ini adalah anak-anak perlu dihadapkan dengan de-ide yang hidup, yang memampukan mereka berpikir dalam dan kritis. Seperti tubuh membutuhkan makanan yang sehat, demikian juga pikiran membutuhkan makanan melalui ide yang hidup. Ide yang hidup itu berasal dari buku-buku yang memberikan narasi sastrawi tanpa menggurui. Anak diajak membaca, lalu diminta untuk menarasikan apa yang ia baca. Lewat metode ini, anak tak perlu menghafal untuk memahami sebuah konsep.

Lalu apa hubungannya dengan lahir baru? Ajaran Charlotte Mason sesungguhnya sangat kristiani. Pada salah satu bukunya, ia menjelaskan bahwa menerima Yesus sebagai Juruselamat adalah sebuah mujizat, namun menjalani kehidupan setelah lahir baru bukanlah mujizat. Untuk itu kerohanian kita yang masih anak-anak perlu atmosfer yang mendukung, ide-ide hidup dari Firman Tuhan, dan berbagai buku yang mengarahkan kita kepada Tuhan. Yang terpenting, terbentuknya kebiasaan-kebiasaan baik sehingga menjadi pribadi yang takut akan Tuhan.

Roh Kudus bekerja dengan sangat lembut. Saya teringat pada sebuah kisah dalam buku karangan Anthony de Mello berjudul Kicauan Burung. Diceritakan ada seseorang yang telah menerima Kristus dan ia mendengar kata-kata yang lembut di telinganya berulang-ulang, “Jangan berubah, jangan berubah, jangan berubah. Aku mencintaimu apa adanya”. Lalu seseorang yang menerima Kristus itu menjadi rileks dan tenang, hingga akhirnya berubah. Ia baru menyadari bahwa ia tidak dapat benar-benar berubah sampai ia menemukan seseorang itu mencintainya entah ia berubah atau tidak. Itulah cara kerja Roh Kudus: begitu lembut, tidak memaksa, tidak juga dengan kekerasan. Roh Kudus berkerja melalui kasih.

Hari ini kasih begitu kering. Dunia penuh dengan kekerasan, baik dalam dunia nyata ataupun dunia maya. Kekerasan fisik, kemarahan, kebencian muncul membabi-buta. Untuk itu, kita butuh kasih, kita butuh Roh Kudus yang lembut dan menenangkan hati agar kita mampu menjalani kehidupan yang penuh tantangan ini. Yuval Harari, seorang penulis buku best seller, menjelaskan hal paling penting yang harus diajarkan pada generasi selanjutnya yaitu ketahanan: kemampuan untuk bertahan pada masa-masa sulit. Ketahanan ini yang akan memampukan seseorang untuk beradaptasi dalam keadaan sulit dan penuh tekanan.

Ketahanan tidak akan terbentuk tanpa tuntunan, tanpa ide-ide yang hidup dan tanpa latihan. Dalam membangun semua itu, kita butuh Penolong, yaitu Roh Kudus, Allah sendiri.

Previous
Previous

Menjadi Kudus, Membayar Harga

Next
Next

A Woman after God’s Heart