Sekalipun Pohon Ara Tidak Berbunga 

by Yunita S. Handayani  

Ketika pergantian tahun baru lalu, kita dihadang dengan berbagai berita buruk yang menghantui. Di antaranya ada ancaman perang berkelanjutan, krisis iklim, berbagai bencana alam, kabar akan badai resesi yang akan menghantam negara kita menjadi sumber ketakutan terbesar. Berita resesi memang bukan sekadar hoaks tak bermakna yang harus kita abaikan, tetapi juga menjadi berita buruk yang bila kita biarkan terus menerus akan mengganggu pikiran kita. 

Media sosial juga memaparkan berita-berita tersebut secara masif bahkan tanpa kita minta. Padahal World Health Organization (WHO) menemukan bahwa berita buruk yang kita konsumsi secara intensif dapat berdampak buruk bagi kesehatan mental sehingga mengganggu well-being kita. Selain itu, Health Magazine menambahkan bahwa wanita dua kali lebih mudah mengalami kecemasan saat diserang oleh berita buruk. 

Menyadari adanya pengaruh negatif dari berita buruk bagi kesehatan mental maka kita harus mengatur diri dalam menyikapinya. Apakah kita harus sama sekali mengisolasi diri dari berbagai media? Mengasingkan diri dari dunia sekitar bukanlah langkah yang bijak karena Tuhan memberikan identitas kepada kita, orang-orang yang beriman kepada-Nya, sebagai garam dan terang dunia (Matius 5:13-16). Nah, agar fungsi garam dan terang itu bisa dirasakan, kita juga harus memahami keadaan dunia termasuk kegelapan yang menghantuinya. Dengan hikmat Allah, kita dimampukan-Nya menjadi saksi Kristus yang dapat terhubung dengan dunia, termasuk melalui edukasi diri terhadap apa yang sedang terjadi di dunia. Istilah kerennya up-to-date lah

Kita harus tetap membuka diri terhadap segala informasi, termasuk berita-berita buruk yang ada, tapi kita harus berusaha tidak membiarkan hidup kita dikuasai berita buruk tersebut. Kita yang harus menguasai pengaruh berita buruk tersebut dalam diri kita. Salah satu cara penguasaan diri yang dapat kita lakukan adalah membuat batasan kapan dan dalam keadaan bagaimana kita akan membaca dan melihat berita-berita tersebut di media. Mengapa? Karena riset menunjukkan bahwa membaca berita buruk di media saat menjelang tidur bisa menggangggu pola tidur kita. Jangankan membaca berita, paparan screen sebelum tidur untuk apa pun membuat jam tidur kita jadi kacau. Nah, karena itu, mari kita belajar mencoba membatasi diri untuk tidak melihat portal berita di media saat sedang lelah. Saran lain menyebutkan bahwa wanita sebaiknya tidak terlalu banyak membaca berita buruk ketika emosi sedang tidak stabil dalam masa menstruasi. Tentukan waktu-waktu khusus yang nyaman untuk meng-update diri dengan berita-berita baru. 

Cara lain dan terpenting yang harus kita lakukan adalah memegang kendali atas pikiran kita. Tidak membiarkan pikiran kita ditawan oleh berita-berita buruk tersebut tapi mengarahkan pikiran kita pada Tuhan. Beri porsi waktu yang tepat untuk merenungkan firman Tuhan dalam hidup kita, termasuk janji-janji-Nya serta karya kebaikan-Nya dalam hidup kita. 

Alkitab sendiri telah mencatat karya pertolongan Tuhan di tengah krisis regional dan global bagi umat-Nya. Tuhan menyelamatkan Nuh saat air bah menutupi bumi. Tuhan menyelamatkan Lot saat hujan api menyerang Sodom dan Gomora. Tuhan membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Tuhan pula yang kembali mengantarkan bangsa Israel pulang dari masa pembuangan. Tuhan yang melakukan karya besar dalam sejarah manusia tersebut adalah Tuhan yang sama yang berjanji akan menyertai kita. 

Mengarahkan pikiran pada janji-janji Tuhan akan membentuk sistem imun mental kita terhadap serangan kecemasan karena masa depan. Deklarasi Habakuk mengenai kebaikan Tuhan berikut ini menjadi pengingat kita saat kita bersiap menghadapi bayangan krisis yang menanti: 

“Sekalipun pohon ara tidak berbunga, pohon anggur tidak berbuah, hasil pohon zaitun mengecewakan, sekalipun ladang-ladang tidak menghasilkan bahan makanan, kambing domba terhalau dari kurungan, dan tidak ada lembu sapi dalam kandang, namun aku akan bersorak-sorak di dalam TUHAN, beria-ria di dalam Allah yang menyelamatkan aku. ALLAH Tuhanku itu kekuatanku: Ia membuat kakiku seperti kaki rusa, Ia membiarkan aku berjejak di bukit-bukitku.” 

—Habakuk 3: 17-19). 

Ayat di atas bukan berarti kita sedang menyangkali hal-hal buruk yang mungkin saja terjadi sepanjang tahun ini, tetapi mari kita belajar mengambil langkah untuk memercayai janji penyertaan Tuhan dalam hidup kita—apa pun hal buruk yang sedang menanti di tahun ini. Kiranya dengan anugerah Allah, kita dimampukan agar tidak menghanyutkan diri dalam kecemasan berkelanjutan terhadap hal-hal buruk yang diprediksi terjadi, melainkan belajar makin teguh dalam menyerahkan hidup kita pada penyertaan Tuhan. 

Previous
Previous

Dipanggil untuk Berespons, Bukan (hanya) Menonton 

Next
Next

Langit yang Baru & Bumi yang Baru