Blog Majalah Pearl
Sambil meminum secangkir teh,
selamat membaca artikel-artikel kami!
Saat Teduh: Amunisi “Peperangan” Tiap Hari
Pernah enggak Pearlians merasa gelisah dengan rutinitas harian yang dijalani? Dari buka mata sampai tutup mata, pikiran terus berputar dengan berbagai kesibukan dan keperluan yang harus dikerjakan. Tidak jarang kita jadi sulit menikmati hari-hari bersama Tuhan. Masalahnya, pergumulan ini juga bisa berpengaruh pada salah satu disiplin rohani, yaitu saat teduh. Iya, mungkin kita sudah sering mendengar dan membaca bahwa saat teduh itu penting, tetapi sering kali rasanya sulitttt sekali untuk meluangkan waktu bersaat teduh bersama Tuhan secara optimal.
Abigail: When your marriage is HARD
Apakah saat ini kita sedang merasa bahwa pernikahan yang dijalani tidak sebahagia yang diharapkan? Atau kita sempat berpikir telah “salah menikah”, atau menikah dengan “orang yang salah”?
Jika dua pertanyaan tersebut menggambarkan pernikahan kita, mungkin pikiran kita sehari-hari adalah “difficult marriage”, “difficult relationship”, “difficult husband”. Dengan demikian, kita menjadi self-pity, merasa menjadi orang yang paling menderita di dunia karena pernikahan yang carut-marut.
Kindness
“Rafa, come... I can read the book for you. Let mama rest...”
Demikian kata si sulung yang menawarkan diri untuk membantu ketika adiknya meminta mama membacakan buku. Anak berusia 6 tahun. Hati saya tersentuh oleh kepeduliannya. Ya, gantian saya yang sakit setelah dua minggu merawat keempat anak saya yang bergantian sakit. Saya pun demam dan sakit kepala karena kurang tidur berhari-hari mengurus anak-anak yang sakit. Tapi si sulung sudah lebih baik, dan malam itu dia menulis catatan ini.
Trustworthy
Bulan ini kita membahas tentang karakter trustworthy yang artinya “dapat dipercaya”, honest, dan truthful. Pasal yang muncul dalam hati saya adalah Mazmur 15. Banyak sekali yang kita bisa pelajari tentang trustworthiness dalam pasal ini.
Letter to New Wives #1: You're a Wife Now!
You are a wife now... uda ganti 'status' :) status baru yang disertai dengan tanggungjawab yang baru tentunya.
Bukan lagi 'anak mama' yang bisa manja-manja menikmati masakan mama setiap harinya.
Bukan lagi single yang 'bebas' kelayapan en say 'yes' kalo diajak hanging-out sama temen2 yang masih single lainnya.
Bukan lagi anak kuliahan yang bisa bebas maen game, baca komik or nonton DVD korea begadangan sampe tengah malem.
Bukan lagi 'wanita karir' yang bebas pake duit gajinya beli sepatu, tas branded en macem-macem aksesoris lainnya
Spiritual Mothering
Setiap kita wanita diciptakan dengan kapasitas untuk nurturing yang bukan hanya bisa dipakai ketika kita menjadi ibu secara fisik, tapi juga secara rohani. Susan Hunt, dalam bukunya Spiritual Mothering: The Titus 2 Model For Women Mentoring Women menjelaskan bahwa spiritual mothering berarti menginvestasikan diri dalam hidup orang lain supaya kita bisa membagi Injil serta membagikan hidup kita. Apakah itu artinya kita harus menjadi sempurna dulu? Tentu tidak. Syaratnya cuma satu: as long as you keep following Christ, kamu bisa menjadi seorang mentor, pembina, ibu rohani bagi orang lain.
And They Live Happily Ever After
“So Cinderella married the Prince and lived happily forever and ever.“ Itu adalah sepenggal kalimat penutup cerita yang biasanya kita sukai. Ya, semenjak dari kecil, kita bermimpi akan bertemu dengan 'pangeran' tampan pujaan hati yang gagah berani dan siap berkorban nyawa demi untuk menyelamatkan dan melindungi kita. Kita bermimpi menjadi seorang putri yang menikahi 'pangeran' tersebut dan hidup bahagia selamanya.
Apakah fairy tale tersebut bisa jadi dalam dunia nyata?
Spiritual Refreshment
Much prayer, much power. Little prayer, little power. No prayer, no power.
Itu yang saya rasain, babak belur jatuh bangun kalo saya gak mulai hari saya sama Tuhan.
Bendaharanya Tuhan
Sebagai Anak Tuhan, kita kudu super duper waspada sama penyakit cinta uang. Alkitab mengatakan bahwa “..akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim 6:10). Duitnya itu sendiri gak salah, netral sifatnya, tergantung kita jadiin si duit itu sebagai APA dalam hidup kita.