Saat Teduh: Amunisi “Peperangan” Tiap Hari
Wawancara Pearl dengan Lia Stoltzfus - I Februari 2023
Halo, Pearlians!
Pernah enggak Pearlians merasa gelisah dengan rutinitas harian yang dijalani? Dari buka mata sampai tutup mata, pikiran terus berputar dengan berbagai kesibukan dan keperluan yang harus dikerjakan. Tidak jarang kita jadi sulit menikmati hari-hari bersama Tuhan. Masalahnya, pergumulan ini juga bisa berpengaruh pada salah satu disiplin rohani, yaitu saat teduh. Iya, mungkin kita sudah sering mendengar dan membaca bahwa saat teduh itu penting, tetapi sering kali rasanya sulitttt sekali untuk meluangkan waktu bersaat teduh bersama Tuhan secara optimal.
Nah, untuk menjawab kegelisahan di atas, kali ini kita ada wawancara eksklusif (te-he) dengan salah satu founder Majalah Pearl. Guess who? Dia adalah Lia Stoltzfus! Sebagai seorang istri dan ibu bagi lima anak, Lia adalah seorang wanita yang mendedikasikan hidupnya untuk melayani Tuhan melalui pemuridan dan mendorong para wanita untuk membiasakan diri bersaat teduh secara pribadi. Pearlians bisa menyimak kisah hidupnya di Instagram-nya. Yuk, kita langsung ngobrol sama Lia!
Pearl: Lia, bagaimana, sih, membangun kebiasaan rutin bersaat teduh?
Lia Stoltzfus: Kata habit (kebiasaan) itu, kan, artinya routine behaviour (perilaku rutin) yang dilakukan secara berulang dan terus-menerus sampai menjadi sesuatu yang alami. Kita akan melakukan kebiasaan itu secara otomatis tanpa harus berjuang untuk mengingat-ingat lagi. Contohnya kalau kita udah terbiasa matiin lampu sebelum tidur, tanpa mikir lagi kita akan langsung pencet matiin lampu. Jadi, yang namanya kebiasaan bersaat teduh artinya saat teduh itu sebagai bagian dari hidup kita. Gak bisa dipisahkan. Contohnya aja makan: Tanpa disuruh atau dipaksa pun, otomatis pas jam tertentu laper, yah makan. Yang namanya membangun kebiasaan itu awalnya butuh usaha tapi kalau secara konsisten kita berjuang terus lakuin hal itu, mulai, deh, berasa ga perlu banyak usaha dibanding sebelumnya.
Contohnya, dulu waktu single, saya bangun kebiasaan buat setiap pagi baca Firman. Sampai sekarang, kebiasaan baca Firman pagi juga masih sangat kuat setelah saya menikah.
Kita membangun kebiasaan SaTe (saat teduh) secara rutin pertama karena KESADARAN bahwa:
Saya butuh Tuhan, saya butuh Firman-Nya untuk menuntun hidup saya. Tanpa tuntunan-Nya, hidup saya ada banyak kesalahan.
Saya tahu Alkitab adalah otoritas tertinggi hidup saya, tapi gimana saya bisa tahu hendak menundukan diri saya pada nilai-nilai kerajaan yang seperti apa, kalau saya tidak pernah baca, mempelajari, dan menerapkan Firman itu di dalam hidup saya?
Saya sadar bahwa hanya lewat Alkitablah saya bisa mengamati bagaimana, sih, sebenarnya bertumbuh di dalam pengenalan akan Tuhan. Saya jadi belajar sikap yang Christlikeness (serupa Kristus) itu seperti apa ketika saya baca firman.
Pearl: Kenapa banyak orang sulit konsisten bersaat teduh setiap hari padahal tahu itu penting?
Lia Stoltzfus: Buat saya, motivasi pribadi itu harus kuat, kita punya desire (kerinduan) untuk benar-benar mau bertumbuh. Bisa mulai dari hal yang sederhana yaitu dengan bangun pagi pasang alarm, doa dan baca firman 10 menit misalnya. Biar sebentar tapi konsisten. Mulailah dengan target kecil dulu, misalnya, "Oke, saya mau bangun jam 5.30 pagi dan 10 menit saat teduh, doa dan baca satu pasal lalu tulis satu action plan (rencana konkret) yang ingin saya lakukan hari itu.”
Tapi tak semua orang itu punya dorongan kuat yang diikuti oleh tekad, kan, yah. Jadi kadang-kadang udah mulai nih dua minggu, eh, habis itu males, off lima hari, mau balik lagi tapi ngerasanya... Ah, kayaknya aku ga bisa deh! Nah, kalau gitu lebih bagus cari grup akuntabilitas baca firman. Contohnya, kumpulin dua sampai tiga orang yang emang sama-sama mau punya goal (tujuan) untuk bangun pagi saat teduh, nih. Nah, lewat grup kecil ini kita bisa saling menjaga, kayak, “Eh, kita 30 hari baca Firman bareng, yah!”
Di grup akuntabilitas ini, kamu juga bisa membagikan apa yang kamu dapetin hari itu dan juga saling menantang untuk menjadi pelaku firman. Karena, ya, itu tadi, kecenderungan manusia kalau tidak ada akuntabilitas itu bisa pelan-pelan makin kendor komitmennya, tidak fokus, dan tidak bisa mengatur prioritas dengan baik. Selain itu, saya lihat tipe-tipe kepribadian juga berpengaruh, yah. Ada tipe-tipe tertentu yang punya tekad dan motivasi pribadi yang kuat. Ada yang sangat konsisten, tapi ada juga yang tipenya gampang banget keganggu. Tapi ini semua tidak bisa dijadikan tameng, sih, karena kebiasaan itu sepuluh kali lebih kuat dari pada bawaan lahir. Artinya, kalo kita sudah melatih diri membangun kebiasaan tertentu dan itu telah menjadi kuat berakar dalam hidup kita, kebiasaan itu bahkan bisa mengalahkan kecenderungan kelemahan kepribadian kita.
Contoh lagi, nih. Saya tipe D-I (dominan intim) yang sebenarnya sangat gak disiplin, dan gampang ke-distract, enggak fokus dengan satu hal/project. Tapi saya melatih diri sendiri untuk punya disiplin hidup, karena saya percaya habit is tenfold of nature. Kalo saya bilang ke orang, “Saya tuh sebenarnya gak kayak gini, ini bukan sesuatu yang alamiah buat saya loh!”, buat orang yang baru kenal saya pasti ga akan percaya. Tapi buat keluarga saya (mama dan adik-adik saya yang tahu saya dulu bagaimana tidak disiplinnya) mereka pasti bisa mengonfirmasi apa yang saya bilang.
Pearl: Wah… ternyata kita perlu tekun membangun habit untuk hal-hal yang membangun seperti saat teduh ini, ya. Lalu, ada tipskah bagaimana mengatur jadwal sehari-hari di tengah kesibukan kita untuk punya waktu berkualitas bersama Tuhan?
Lia Stoltzfus: Tipsnya hit the big rock first, artinya jadikan itu sebagai prioritas. Jangan tunda! “Ah, ntar sore aja pas udah mulai lebih santai. Ah, ntar malam aja pas anak-anak udah tidur.” Lakukan saat teduh itu pertama kali di pagi hari. Bangunlah lebih pagi untuk bisa bersaat teduh! Selain karena banyak manfaatnya, Tuhan Yesus juga kasih teladan untuk bersekutu dengan Bapa pada pagi hari.
“Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana.” (Markus 1:35)
Dengan bangun pagi dan bersaat teduh duluan, kita kayak sedang mempersiapkan hati untuk menghadapi tantangan hari itu. Setiap hari kita, kan, dalam medan pertempuran. Ada banyak musuh yang harus ditaklukkan/dikalahkan. Ada musuh dalam bentuk keegoisan, kemalasan, kemarahan, kekhawatiran, hawa nafsu, ketidaksabaran, dll. Masa’ kamu mau pergi perang tanpa senjata dan amunisi? Gimana kamu mau ngarepin kemenangan? Ketika saya baca Firman Tuhan pagi-pagi, saya merasa hati saya lebih tenang, lebih siap untuk hari itu. Tapi kalau saya gagal bangun mezbah pagi-pagi trus grasak-grusuk dari satu aktivitas ke aktivitas lainnya, waduhhh rasanya gampang banget terpancing emosinya atau merespons dengan cara yang tidak alkitabiah atau serupa Kristus.
Pearl: Kalau sudah rutin dengar kotbah Minggu, komsel, pendalaman Alkitab, sebetulnya sesekali bolong saat teduh masih oke, donk? Atau gimana, sih sebetulnya, apa yg membuat saat teduh itu penting?
Lia Stoltzfus: Sebenarnya bukan masalah bolong sekali oke atau engga. Bukan di situ, sih. Tapi seberapa kamu menyadari butuh diubahkan perspektifnya sama kebenaran. Kalau kita cuma baca Firman Tuhan sebagai aktivitas doang dan kita mikir, “Ah, yang penting gue uda baca,” tapi gak yang benar-benar menyelaraskan diri kita dengan Firman Tuhan dengan berusaha menerapkan firman dalam hidup sehari-hari, yah itu juga percuma!
Hidup kita baru berubah pas kita "berkaca" melalui firman, seperti kita sedang berkaca di depan cermin lalu melihat pipi kita kotor, “Ih, ternyata gue ada cemong, nih, di pipi. Hapus, ah!” Contoh, nih, pas baca firman tentang jangan hold on grudges (menyimpan dendam), terus Tuhan ingetin di hati, “Eh, kamu masih simpan kekesalan sama si A, bahkan kamu sengaja ngediemin dia kan kemarin pas ketemu di gereja gak mau nyapa?” Nah, langsung, tuh, responin firman dengan pertobatan. Lap "cemongnya", “Tuhan, iya bener, aku salah. Ampuni aku Tuhan. Aku sekarang udah ga mau nyimpen kesalahan lagi, deh. Aku mau mengampuni si A.”
Buat saya sendiri, saya ngerasa sangat butuh untuk mempelajari Alkitab (termasuk melalui saat teduh – ed.), karena zaman sekarang yang namanya penyesatan itu semakin banyak. Dan parahnya, penyesatan itu gak gampang dikenali karena tercampur sama half-truth (kebenaran yang setengah-setengah), jadi susah diidentifikasi. Kalau tidak benar-benar kenal Firman Tuhan, saya bakal dengan gampangnya terjebak dalam penyesatan atau Injil yang palsu, kebohongan-kebohongan Iblis, maupun kepercayaan yang salah yang berasal dari kebenaran yang sudah diputarbalikkan.
Pearl: Saat sudah punya suami dan anak, kan, ada mezbah keluarga, doa bareng, devotional bareng keluarga. Nah, apa masih perlu saat teduh pribadi? Mengapa?
Lia Stoltzfus: Ya, kita masih perlu waktu pribadi bersama Allah karena Dia adalah Allah yang juga sangat personal. Ada hal-hal yang Dia pengen ngomong ke kita secara pribadi loh, berdua aja.
Pas saya saat teduh, saya juga ngejurnal juga. Proses ngejurnal itu membantu saya memproses pikiran. Saya jadi berpikir bagaimana caranya mengaplikasikan kebenaran Firman Tuhan yang baru saya terima dalam keseharian saya. Nah, saya catat tuh poin-poinnya. Dengan mencatat, saya memproses lebih dalam lagi. Ini tentunya ga bisa dilakuin pas barengan sama keluarga yah.
Kamu adalah kumpulan dari kebiasaan-kebiasaanmu. Pertama kali, kamulah yang membangun habit itu; tapi selanjutnya, habit-mulah yang membangun dirimu.
By the way, buat Pearlians yang mau belajar membangun habit tapi merasa butuh support group yang bisa bantu Pearlians berakuntabilitas, silakan follow @komunitas.brg di Instagram. Melalui Instagram ini, nantinya Pearlians akan diinfokan mengenai grup yang akan buka buat anggota baru pada tanggal 25 tiap bulannya. Biasanya kuota anggota ini terbatas, jadi bisa coba hubungi admin @komunitas.brg segera, ya. Di dalam komunitas ini, ada ±500 wanita (single dan married) yang berkomitmen tiap hari untuk membangun hidup dengan membaca Firman setiap hari. Grup ini terbuka khusus wanita dari segala denominasi gereja yang punya tujuan yang sama yaitu tiada hari tanpa baca dan menghidupi Firman Tuhan.
Wah, seneng banget kita bisa belajar bersama Ci Lia hari ini! 😊 Yuk, kita mulai melatih diri bersaat teduh dan menikmati Tuhan dalam relasi pribadi bersama-Nya. Kiranya melalui Roh Kudus, Tuhan berkenan menolong kita untuk menghidupi Firman-Nya tiap hari.