A Fresh Start
by Leticia Seviraneta
TUHAN berkata, “Tak ada gunanya mengingat masa lalu, percuma mengenang yang sudah-sudah. Perhatikanlah, Aku membuat sesuatu yang baru; sekarang sudah mulai, tidakkah kaulihat?
Aku akan membuat jalan di padang gurun, dan sungai-sungai di padang belantara.” – Yesaya 43:18-19 [BIS]
Menuju di akhir tahun 2021 ini, kita sering kali dianjurkan untuk melihat ke belakang sejenak untuk mengevaluasi apa yang sudah atau belum kita lakukan. Bahasa kerennya adalah resolusi. Ketika melakukannya, kita dapat teringat pada—bukan hanya—hal-hal yang patut kita syukuri, tetapi juga hal-hal yang kita sesali. Ada suka, ada duka. Evaluasi seperti ini tentu saja baik. Hanya saja, kita perlu ingat bahwa seindah-indahnya masa lalu, semuanya telah berlalu. Demikian juga seburuk-buruknya masa lalu, semuanya juga telah berlalu. Janganlah tinggal di masa lalu, Pearlians. Tuhan kita adalah Tuhan yang selalu melakukan sesuatu yang baru. Kenyataan ini memampukan kita untuk memiliki pengharapan yang baru akan esok. Kegagalan di masa lalu dapat digantikan dengan kesempatan yang baru untuk melakukannya dengan lebih baik lagi. Our God is a God of second chance. Bukankah itu luar biasa?
Sebagian besar dari kita mungkin menginginkan awal yang baru ketika mengalami kegagalan atau ada sesuatu yang disesali, atau mungkin kita melakukan dosa “besar” (meski di mata Tuhan tidak ada dosa besar atau kecil) yang membuat kita merasa tidak akan dapat diampuni Tuhan. Di saat-saat seperti itu, kita bisa saja merasa kehilangan harapan dan meragukan apakah lembaran yang baru itu mungkin diberikan. Akan tetapi, pemikiran tersebut tidak benar. Di dalam 2 Korintus 5:17, Paulus menulis, “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” Dalam terjemahan The Message Bible [MSG], ayat ini diterjemahkan, “Now we look inside, and what we see is that anyone united with the Messiah gets a fresh start, is created new. The old life is gone; a new life burgeons! Look at it!” Siapa saja yang berada (atau bersatu) di dalam Kristus adalah ciptaan yang baru! Dulu kita hidup di dalam dosa dan mementingkan diri sendiri, tidak mengenal kasih Allah dan jalan-Nya; sejak hidup di dalam-Nya, kita diubahkan untuk tidak tinggal lagi dalam dosa. Awal yang baru senantiasa tersedia bagi kita, dan yang perlu kita lakukan adalah kembali terhubung dengan Kristus.
“Tak berkesudahan kasih setia Tuhan, tak habis-habisnya rahmat-Nya, selalu baru tiap pagi; besar kesetiaan-Mu!” –Ratapan 3:23-24 [TB]
Dalam Efesus 4:17-32, Paulus mendeskripsikan kita dengan istilah manusia lama dan manusia baru. Manusia lama adalah diri kita yang belum mengenal Tuhan, hidup sama seperti orang dunia dengan pikirannya yang sia-sia, menyerahkan diri kepada hawa nafsu dan segala jenis dosa. Sementara manusia baru adalah diri kita yang telah belajar mengenal Kristus, kita menerima, percaya, dan memiliki teladan kehidupan yaitu Yesus Kristus. Ibarat pakaian lama dan pakaian baru, Paulus mengajak kita untuk menanggalkan pakaian lama kita dan memakai pakaian baru kita.
“Karena kamu telah mendengar tentang Dia dan menerima pengajaran di dalam Dia menurut kebenaran yang nyata dalam Yesus, yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.” –Efesus 4:21-24 [TB]
Untuk memulai awal yang baru, kita perlu meninggalkan yang lama. Untuk memulai perjalanan menuju masa depan yang Tuhan telah rancang bagi kita, kita perlu berani meninggalkan masa lalu. Tidak ada dari kita yang pakai pakaian lama di dalam pakaian baru, bukan? Bahkan mujizat Tuhan di masa lalu tidak seharusnya menjadi patokan kita akan mujizat Tuhan di masa depan. Karena cara Tuhan bekerja tidak selalu sama. Tuhan selalu akan memberikan yang lebih baik dari apa yang selama ini kita pikirkan atau pernah alami. He always does a new thing!
Hal yang sama pernah dialami oleh bangsa Israel ketika hendak memasuki kota Yerikho sebagai kota pertama yang harus mereka taklukkan untuk memasuki tanah Kanaan. Untuk bisa mencapai kota Yerikho, bangsa Israel perlu menyeberangi sungai Yordan yang pada saat itu sedang meluap airnya. Bangsa Israel pernah mengalami kejadian yang mirip dalam kepemimpinan Musa ketika menyeberangi Laut Merah. Dulu, Musa mengikuti perintah Tuhan dengan mengangkat tongkatnya ke arah laut, lalu kemudian laut terbagi, dan orang Israel menyeberangi dengan berjalan di dasar yang kering (Keluaran 14:16). Namun kali ini, perintah Tuhan kepada Yosua agak berbeda.
Nanti apabila para imam yang memikul Peti Perjanjian TUHAN menginjakkan kakinya ke dalam air di Sungai Yordan itu, arus airnya akan terputus; air yang mengalir dari hulu akan terbendung di satu tempat.” Pada waktu itu sedang musim panen, dan sebagaimana biasanya air Sungai Yordan meluap. Ketika orang Israel meninggalkan perkemahan mereka untuk menyeberangi Sungai Yordan, para imam berjalan lebih dahulu sambil membawa Peti Perjanjian. Dan sewaktu imam-imam itu menginjakkan kakinya ke dalam air sungai, seketika itu juga arus sungai itu terputus. Jauh di bagian hulu sungai, airnya terkumpul di Adam, sebuah kota yang terletak di sebelah kota Sartan. Air di bagian hilir yang mengalir ke Laut Mati terputus sama sekali, sehingga umat Israel dapat menyeberang di atas tanah kering berhadapan dengan kota Yerikho. Para imam yang memikul Peti Perjanjian itu tetap berdiri di tengah-tengah sungai sampai seluruh umat Israel tiba di seberang. –Yosua 3:13-17 [TB]
Di mujizat Allah sebelumnya, bangsa Israel dan Musa telah melihat terlebih dahulu bagaimana Laut Merah di hadapan mereka terbelah dua dan mereka langsung menginjakkan kaki di dasar laut yang kering. Namun di mujizat kali ini, Allah memerintahkan para imam yang memikul Tabut Perjanjian untuk menginjakkan kaki ke dalam air Sungai Yordan yang meluap itu—dan tentu saja membutuhkan langkah iman! Dan seketika kaki mereka masuk ke dalam air sungai, aliran air sungai terputus namun membendung di hulu sungai, yaitu di Adam (yang jaraknya puluhan kilometer dari tempat para imam menginjakkan kaki ke dalam sungai (Yosua 3:16)). Dibutuhkan waktu sampai tempat yang diinjak para imam benar-benar kering. Di saat itu para imam perlu melangkah di dalam sungai itu dengan iman. Barulah setelah dasar sungai benar-benar kering, bangsa Israel menyebranginya dengan para imam yang memikul Tabut Perjanjian tetap berdiri di tengah sungai. Allah melakukan sesuatu yang baru terhadap Yosua dan bangsa Israel generasi baru tersebut. Sebuah mujizat yang luar biasa dan juga membutuhkan iman yang ekstra.
Apakah Tuhan yang sama akan melakukan mujizat yang berbeda dalam kehidupan Pearlians juga? Tentu saja! Namun, maukah Pearlians mengambil langkah iman sebelum melihat tanda-tanda itu terjadi?
Tetapi seperti ada tertulis: “Apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah timbul di dalam hati manusia: semua yang disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia.”
– 1 Korintus 2:9 [TB]
Rick Warren berkata, “God specializes in giving people a fresh start.” Sebuah awal yang baru sangatlah mungkin di dalam Kristus. Dialah yang akan memampukan Pearlians untuk hidup dengan karakter yang semakin serupa dengan-Nya, untuk move on dari kegagalan masa lalu, menanggalkan manusia lama yang hidup dalam dosa, dan mengalami mujizat yang baru, bukti kesetiaan-Nya yang baru setiap pagi. Namun diperlukan langkah iman. Sebuah langkah yang kita ambil ketika kita belum mampu melihat semua rencana indah Tuhan itu terwujud nyata. Pertanyaannya adalah.. maukah Pearlians untuk percaya lagi, bangkit lagi, dan berharap kembali kepada Tuhan? A fresh start begins with hope in God. Awal yang baru dimulai dengan pengharapan di dalam Tuhan yang yang akan melakukan mujizat yang belum pernah teman-teman alami atau bayangkan sebelumnya. Mari memulai tahun 2022 dengan berpegang teguh akan pengharapan ini!