All for God

by Sandra Priskila

Rustig, rustig,” yang berarti “tenang, tenang,” sering ia ucapkan sebagai kata-kata penenang ketika terdapat perselisihan pendapat dalam sebuah rapat. Posisi strategis dalam pemerintahan tentu membuatnya sering mengikuti berbagai macam rapat atau sidang. Setelah kemerdekaan Indonesia, tentu perjuangan belum berhenti karena ada banyak bidang yang harus dibangun dan hal yang perlu direkonstruksi, bahkan ia sempat bertemu dengan diplomat Inggris dan Belanda. Beberapa sumbangsihnya untuk Indonesia adalah pengabdiannya sebagai dokter dan menteri kesehatan, serta penggagas sistem pelayanan kesehatan menyeluruh yang lebih efektif dan efisien, yang sekarang kita kenal dalam bentuk Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas). Itulah sedikit cerita tentang Johannes Leimena, atau yang sering disapa dengan Om Jo.

Nama Johannes Leimena dan kisahnya mungkin tidak sering kita dengar, tetapi karyanya baik sebagai seorang dokter maupun negarawan ternyata memberikan sumbangsih yang signifikan bagi bangsa Indonesia. Selain menjabat dalam pemerintahan, ia juga mendirikan Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) serta berperan dalam pendirian Dewan Gereja-gereja di Indonesia (sekarang PGI), sebagai bentuk kerinduan akan adanya gerakan oikumene di Indonesia. Selain kontribusinya dalam bidang kedokteran dan pemerintahan, Jo Leimena juga dipandang memiliki karakter yang patut dicontoh. Presiden Soekarno sendiri memberikan testimoni bahwa ia adalah orang paling jujur yang pernah ditemui (tidak heran jika Jo Leimena dipercaya untuk menjadi menteri selama hampir 20 tahun berturut-turut). Selain nilai kejujuran, ia juga menjadi teladan dalam hal integritas dan pengorbanan tanpa pamrih. Dengan perannya dalam kedua bidang tersebut, Jo Leimena tidak melupakan identitasnya sebagai murid Kristus yang bersaksi untuk-Nya melalui apa yang ia lakukan.

Kadang-kadang,  kita terjebak dalam pemahaman bahwa mengikut Yesus sebagai murid dan menjalani panggilan-Nya hanya dapat diwujudkan dengan cara belajar teologi dan menjadi pendeta, penginjil, atau misionaris. Kita menganggap bahwa belajar tentang Allah dan menghidupi panggilan-Nya hanyalah tugas rohaniwan, bukan tugas kita sebagai orang Kristen yang awam. Namun, kita sebetulnya lupa bahwa percaya dan mengikut Yesus berarti kita menjadi murid-Nya,  yang menerima panggilan anugerah Allah, serta melakukan transformasi diri dan sekitarnya (Mat. 4:18). Apa pun bidang pekerjaan kita, Yesus ingin kita selalu memancarkan terang kasih-Nya dan menggarami sekitar kita (Mat. 5:13-16).

Identitas kita sebagai murid Kristus dan bidang pekerjaan kita bukanlah dua hal yang dapat dipisahkan, apalagi bertentangan. Identitas kita sebagai murid Kristus harusnya menjadi inti dan pusat dari segala sesuatu yang kita lakukan dalam hidup kita, apapun peran kita dan di manapun kita berada (1 Kor. 10:31). Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kadang kita sulit memahami ini apalagi melakukannya. Mari kita bersama belajar beberapa hal yang perlu kita pahami dan bisa kita lakukan untuk menjaga identitas kita sebagai murid Kristus dalam bidang pekerjaan apapun yang kita lakukan.

1. Ada pekerjaan baik yang Allah percayakan kepada kita.

Allah menciptakan kita seturut gambar dan rupa-Nya untuk menguasai bumi (Kej. 1:26-27). Ini berarti, kita adalah rekan kerja (partner) Allah yang memiliki peran untuk melakukan pekerjaan baik yang Allah sediakan bagi setiap kita. “Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya” (Ef. 2:10).

Pekerjaan baik di sini dapat dipahami sebagai apapun yang Allah kehendaki untuk kita lakukan dengan kemampuan yang Ia percayakan dan keunikan pribadi kita masing-masing. Namun, kita seharusnya bekerja tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, melainkan juga untuk melakukan misi Allah di bumi ini.

Dalam bukunya yang berjudul Every Good Endeavour: Connecting Your Work to God’s Plan for the World, Timothy Keller menulis demikian:

“A job is a vocation only if someone else calls you to do it for them rather than for yourself. And so our work can be a calling only if it is reimagined as a mission of service to something beyond merely our own interests. Thinking of work mainly as a means of self-fulfillment and self-realization slowly crushes a person.”

Ini berarti, ada hal yang lebih esensial dalam melakukan pekerjaan kita lebih dari pemenuhan diri dan aktualisasi diri, yaitu bekerja untuk melayani Allah, yang melampaui segala minat dan kemampuan kita.

Seperti contoh Jo Leimena di awal; ia tidak hanya bekerja untuk menjalani kariernya, tetapi betul-betul menghidupi kerinduannya. Selain berkontribusi dalam bidang keahliannya dengan jujur, beliau tetap hidup dengan sederhana ketika menjabat sebagai menteri. Ini dapat kita lihat sebagai bentuk pelayanan dari om Jo dalam bidang profesinya. Jadi, pekerjaan yang Allah percayakan sebagai profesi kita merupakan sarana pelayanan kita juga, yang berarti dalam bekerja kita pun melakukan misi kita sebagai rekan kerja Allah di bumi.

2. Bidang yang berbeda menunjukkan beragamnya fungsi kita sebagai anggota tubuh Kristus.

Sebagai rekan sekerja Allah, ada pekerjaan baik yang dipercayakan kepada kita. Memang tidak dijelaskan secara spesifik pekerjaan baik seperti apa yang harus kita lakukan. Namun, kita bisa melihat dalam 1 Korintus 12 bahwa Allah menyediakan beragam fungsi bagi anggota tubuh Kristus, sebagaimana tubuh memiliki anggota yang berbeda dengan peran yang berbeda (1 Kor. 12:18, 27).

Fungsi yang berbeda tentu menyiratkan bahwa tiap anggota tubuh Kristus memiliki kemampuan dan karunia yang beragam sehingga tidak bisa disamaratakan pekerjaannya. Tidak hanya dalam bidang pelayanan di gereja, beragamnya bidang pekerjaan pun dapat dihayati sebagai peran yang berbeda dari tiap anggota tubuh Kristus. Bayangkan jika tidak ada dokter, siapa yang akan menolong kita saat sakit? Jika tidak ada tukang sapu jalan, siapa yang akan menjaga kebersihan jalan sebagai fasilitas umum? Jika tidak ada petani, siapa yang akan menyediakan bahan makanan kita sehari-hari? Lihatlah, perbedaan fungsi ini dapat menyatakan bahwa Allah memelihara kita melalui beragam orang dengan profesi yang berbeda!

Melihat Jo Leimena, kita juga bisa belajar bahwa pekerjaan tubuh Kristus bukan hanya dilakukan oleh mereka yang berprofesi sebagai rohaniwan, melainkan juga melalui segala bidang yang ada di dunia ini. Walaupun tidak secara langsung menyentuh aspek kerohanian, karya Jo Leimena memberikan kontribusi bagi masyarakat dan negara Indonesia. Hal seperti yang Om Jo lakukan adalah bagian dari identitas kita sebagai murid Kristus untuk mentransformasi lingkungan sekitar kita melalui bidang yang Allah percayakan kepada kita.

3. Allah ingin kita hidup dalam ketaatan.

Sebagai murid-Nya, Kristus ingin kita hidup dalam ketaatan kepada-Nya dan meneladani-Nya (Mat. 16:24). Ia ingin kita hidup melakukan perintah-Nya, mengalami perubahan secara pribadi, dan mengubah orang maupun lingkungan di sekitar kita. Lebih jauh lagi, sebagai manusia, kita pun diciptakan untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah. Walaupun sejak kejatuhan dalam dosa manusia tidak lagi mampu untuk taat, penebusan Kristus memampukan kita untuk diperbarui dari hari ke hari untuk semakin serupa dengan Kristus dalam ketaatan kepada-Nya.

Sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah, kita harus memberikan seluruh hidup kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah (Rm. 12:1). Persembahan ini berupa seluruh aspek diri dan hidup kita dengan tidak terkecuali–termasuk pekerjaan kita. Pekerjaan kita juga adalah bagian dari lingkungan yang seharusnya merasakan dampak transformasi dari kita, sebagai buah dari ketaatan kita kepada Allah (Mat. 5:13-16). Hal ini karena Allah menginginkan kita melakukan segala sesuatu dengan segenap hati seperti untuk Dia, bukan untuk manusia (Kol. 3:23).

Pekerjaan, sebagai bagian dari persembahan hidup kepada Allah, tidak bisa dipisahkan dengan aspek spiritual dan penyembahan kita sebagai murid Kristus. Ungkapan laborare est orare seharusnya menjadi pegangan kita dalam bekerja sebagai persembahan yang hidup. Laborare est orare berarti bekerja adalah berdoa. Joas Adiprasetya, dalam bukunya yang berjudul Labirin Kehidupan: Spiritualitas Sehari-hari bagi Peziarah Iman, menjelaskan bahwa maksud dari ungkapan ini adalah kita melakukan segala sesuatu sebagai doa kita. Jadi, dalam menaati perintah untuk mempersembahkan seluruh hidup kita, apapun pekerjaan kita harus kita lakukan sebagai bentuk ibadah dan doa kepada Allah. Beberapa hal yang konkret untuk diterapkan dalam pekerjaan kita misalnya, berbisnis dengan jujur dan tekun, bekerja keras sebagai pegawai pabrik atau perusahaan, melakukan pekerjaan rumah tangga dengan sepenuh hati, dan melayani pasien dengan kepedulian dan empati. Sebagaimana yang dilakukan Jo Leimena, kita bisa meniru teladannya dalam bekerja dengan jujur, berintegritas, dan tanpa pamrih sebagai bentuk ketaatan kepada Allah demi mempersembahkan seluruh hidup kita. 

Pearlians, kita sebagai orang percaya seharusnya memaknai pekerjaan sebagai perwujudan dari iman kita. Iman yang sejati akan terwujud dalam tindakan, maka, sebaliknya, apa yang kita lakukan dapat menjadi cerminan bagaimana kita menghayati iman kita kepada Yesus. Percaya kepada Yesus berarti percaya bahwa kita yang sudah ditebus dan dilahirkan kembali ini juga diarahkan kembali terhadap tujuan keberadaan kita, yaitu menjadi rekan kerja Allah yang hidup dalam ketaatan untuk mengelola apa yang ada di bumi.

Dengan keunikan pribadi dan kemampuan kita masing-masing, Allah menyediakan pekerjaan baik untuk kita lakukan, dan salah satunya adalah melalui pekerjaan kita. Karena mewujudnyatakan iman dalam tindakan tidak selalu mudah, sudah sepatutnya kita terus bersandar kepada Yesus dan memohon pertolongan Roh Kudus tiap-tiap hari supaya kita dimampukan untuk melakukan apa yang Allah inginkan dalam kehidupan kita (Yoh. 14:12-14).

 

“Work will be primarily a way to please God

by doing his work in the world, for his name’s sake.”

-Timothy Keller, Every Good Endeavour-

Previous
Previous

Oversharing di Sosmed, Bijakkah? 

Next
Next

Dua Wanita yang Mencintai Satu Pria