Fear Of Missing Out

by Poppy Noviana

Apa ya Outfit of the Day buat bahan posting hari ini, besok, dan lusa? Kalo ngga posting teratur, bisa-bisa follower ngga nambah-nambah!”

“Drakor ini rame banget sih dibahas di IG! Waduh, harus nonton nih! Biar ga ketinggalan hype!”

“Beli rumah di daerah mana ya? Perumahan A lagi ada promo sampai akhir bulan, banyak temen kantor yang udah teken kontrak, tapi sebenernya Apartemen B lebih praktis soalnya dekat kantor.”

“Aduh! Ini tas limited edition! Beli ngga ya? Lagi trend banget, nih, soalnya!”

Ladies, adakah yang pernah menggumulkan hal-hal seperti kalimat-kalimat di atas?

Setiap hari kita dihadapkan pada pergumulan-pergumulan, kecil maupun besar, sederhana maupun rumit. Nah, pernah ngga mencari tahu, apa sih yang menjadi alasan kita bergumul dan membuat keputusan?

Banyak orang yang pergumulan dan keputusan hidupnya digerakkan oleh ketakutan dianggap kudet alias kurang update. Akibatnya, motivasi mereka mendedikasikan waktu dan membuat prioritas adalah FOMO – fear of missing out, takut ketinggalan. FOMO ini banyak contohnya – takut ketinggalan diskon, takut tidak dianggap trendy, takut kalah cepat dengan orang lain. FOMO seperti ini menggiring pikiran kita membuat keputusan tidak berdasarkan hikmat sesuai kehendak Tuhan – bahkan bisa membuat kita jatuh dalam dosa.

Alkitab mengajar kita untuk takut hanya pada satu alasan, yaitu takut akan Tuhan. Bagi mereka yang takut akan Tuhan, FOMO yang layak mendapatkan perhatian adalah takut mendukakan hati Tuhan dan takut kehilangan kehendak-Nya.

Takut akan Tuhan akan membawa kita kepada hikmat. Berhikmat berarti memiliki pertimbangan-pertimbangan yang didasari oleh Firman Tuhan, baik keputusan besar maupun kecil, untuk memuliakan Allah dan melakukan pekerjaan-Nya di bumi.

Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, semua orang yang melakukannya berakal budi yang baik.
Puji-pujian kepada-Nya tetap untuk selamanya.
(Mzm 111:10) 

Bagaimana kita bisa memahami suatu hikmat berasal dari Allah atau bukan?

Hikmat Allah tentu saja ada pada perkataan Firman-Nya, sebab Firman-Nya utuh (tidak kontradiksi) dan kokoh (bisa diandalkan). Namun, Firman-Nya dinyatakan dengan cara tidak terbatas. Apapun bisa Tuhan pakai untuk menyatakannya kepada kita, baik melalui waktu teduh, doa, nasihat saudara seiman, dan lain sebagainya. Roh Kudus juga akan meneguhkan dengan damai sejahtera yang melampaui segala akal, sehingga pemikiran kita teguh untuk mengerti kehendak-Nya.

Apakah kita akan tetap relevan bagi ‘dunia’ jika mengikuti hikmat-Nya?

Belum tentu. Kita bisa saja akan terlihat aneh. Banyak kebenaran-kebenaran dalam Firman Tuhan yang saat ini dianggap out of date. Hikmat yang konteksnya pergumulan pribadi pun awalnya bisa disalahmengerti oleh orang lain, karena Roh Kudus memang hanya menyatakannya kepada kita.

Mengikuti kehendak Allah bukan berarti kita akan didukung oleh semua orang. Namun Firman Allah mengajarkan bahwa kita bisa menguji sebuah pohon dari buahnya. Jika keputusan dan tindakan yang kita ambil mengekspresikan buah Roh, maka tidak ada hukum yang menentangnya. Hal itu tidak akan merusak hidup kita apalagi merugikan orang lain.

Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu
(Gal 5:22) 

Bagaimana kita bisa memutuskan dengan hikmat?

Merenungkan hikmat dimulai dari kesadaran tentang pentingnya motivasi yang benar dalam setiap tindakan yang kita lakukan. Tindakan yang baik dengan motivasi yang tidak berkenan di mata Tuhan tentu tidak sejalan dengan kehendak-Nya. Sebaliknya, perbuatan yang mungkin berbeda dengan banyak orang, tapi dilakukan atas dasar arahan dari Roh Kudus akan menyenangkan hati-Nya, menjaga hidup kita tetap dalam rencana-Nya, dan bahkan menjadi berkat untuk orang lain.

Banyak orang Kristen takut tidak relevan lagi dengan dunia, karena menjadi Kristen menuntut kita untuk menjadi berbeda dari dunia. Padahal, pengikut Kristus yang relevan adalah mereka yang bisa menjadi jawaban bagi kebutuhan sesamanya, menjadi saluran berkat Tuhan atas dasar kasih dan kebenaran.

Jadi dianggap kudet dan tidak trendy karena prioritas atau keputusan kita tidak populer bukanlah sebuah kesalahan. Satu hal yang Allah ingin kita menjadi paling update adalah dalam hal membawa terang dan pengaruh yang besar, bukan seperti pelita yang tersembunyi di bawah gantang. Memang tidak mudah karena kita selalu perlu Roh Kudus yang mengarahkan jalan dan memberi hikmat. 

Tetapi apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit ,maka hal itu akan diberikan kepadanya.
(Yak 1:5)

Jadi, tidak bisa ya kita menjadi orang Kristen yang penuh hikmat tapi tetap gaul?

Jelas bisa, karena justru Allah sendiri yang menugaskan kita untuk menjadi domba di tengah-tengah serigala. Domba di tengah kawanan serigala punya risiko diterkam tanpa perlawanan. Perlu kekuatan yang besar untuk tetap berada melakukan panggilan menjadi berkat. Namun, Mazmur 28:7 mengatakan Tuhan adalah kekuatanku dan perisaiku; kepada-Nya hatiku percaya. Tuhanlah yang membentengi dan memberi kekuatan kepada kita untuk inklusif menerima dan mengasihi sesama manusia, namun tetap eksklusif menjaga iman percaya dan hidup penuh kekudusan.

Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang
(Kolose 4:5-6)

Previous
Previous

Siapa Takut jadi Beda?

Next
Next

How to be Holy, when We Feel We are Not