Siapa Takut jadi Beda?
by Benita Vida
“Aduuh, kamu ga usah sok suci deh! Yang lain aja ngelakuin, masa kamu ga mau? Itu mah sudah biasa, ga usah terlalu polos!”
Nah, siapa yang sering denger kata-kata ini? Kata-kata ini biasanya kita dengar kalau kita akan mengambil pilihan yang berbeda dari pilihan dunia. Biasanya keputusan kita itu adalah sesuatu yang menyenangkan hati Allah, sesuai perintah Allah, tapi aneh di mata dunia.
Seperti yang sudah kita pelajari, menjadi kudus berarti menjadi berbeda dari dunia, karena memang kita dipanggil Allah untuk dipisahkan dan dibedakan dari dunia. Allah dan dunia tidak pernah sejalan, jadi dunia pasti tidak suka dengan apa yang Allah suka, begitu juga sebaliknya. Jadi, jangan heran jika kita dipandang aneh jika melakukan kesukaan Allah.
Menjadi kudus di tengah dunia yang cemar ini sangat sulit. Apalagi ditambah dengan banyaknya pilihan yang membuat kita semakin bingung. Tidak bisa kita pungkiri kalau tawaran yang dunia berikan itu semakin menggiurkan. Apakah kita tergoda? Tentu saja, kita tergoda di banyak kesempatan, karena daging kita lemah. Oleh karena itu, kita perlu terhubung dengan Allah setiap hari, supaya manusia roh kita semakin kuat dan kita bisa mengalahkan keinginan daging kita.
Menjadi berbeda itu tidaklah mudah karena manusia dan dunia tidaklah terbiasa melihat sesuatu yang berbeda apalagi kalo perbedaan itu tidak menguntungkan, pastilah akan sangat ditentang. Sebagai anak Tuhan, kita ditantang untuk menjadi berbeda tiap harinya baik dalam tutur kata, perbuatan, bahkan dalam pilihan-pilihan yang kita ambil dan tidak jarang juga mulut yang berkomentar dan mengkritik pilihan kita karena mereka merasa kita terlalu berbeda, aneh, bahkan polos dalam menjalani hidup ini dengan memilih Tuhan, memilih yang “tidak terlalu” menyenangkan, memilih yang “lebih sulit”. Pilihan yang sangat kontraindikatif dengan dunia ini seringkali membuat kita susah hati dan dipandang remeh oleh sekitar kita.
Pearlians, percaya deh! Tuhan tidak meninggalkan kita sendiri sewaktu kita memilih apa yang menyenangkan hati-Nya. Ingat, Tuhan tidak pernah memberi perintah yang tidak bisa kita lakukan. Pada saat Tuhan memberi kita perintah, kita pasti juga diperlengkapi untuk melakukannya. Hal inilah yang dialami oleh seorang hakim Tuhan yang bernama Gideon.
Sebagai seorang hakim, Gideon dipilih Tuhan untuk menyelamatkan bangsa Israel dari musuh-musuh mereka. Gideon adalah anak paling muda dari kaum paling kecil di suku Manasye. Gideon sebelumnya tidak pernah melihat keajaiban dan mukjizat Tuhan pada bangsa Israel. Gideon justru mempertanyakan kenapa Tuhan membuat bangsanya menderita, padahal katanya Tuhan bangsa Israel adalah Allah yang ajaib. Nah, suatu hari Malaikat datang menemui Gideon dan menyampaikan perintah Tuhan untuk membebaskan bangsa Israel dari musuh. Mendengar dirinya akan dipakai Tuhan, alih-alih merasa senang, Gideon malah merasa keberatan. Dia merasa paling muda, kaumnya juga kaum paling kecil di sukunya, siapa yang mau dengar omongan seorang Gideon. Tapi, Tuhan meminta Gideon menyingkirkan ketakutannya, karena Dia sendiri yang akan menyertai Gideon.
“Tetapi jawabnya kepada-Nya: ”Ah Tuhanku, dengan apakah akan kuselamatkan orang Israel? Ketahuilah, kaumku adalah yang paling kecil di antara suku Manasye dan aku pun seorang yang paling muda di antara kaum keluargaku.” 16Berfirmanlah Tuhan kepadanya: ”Tetapi Akulah yang menyertai engkau, sebab itu engkau akan memukul kalah orang Midian itu sampai habis.”
(Hakim-Hakim 6 : 15-16)
Singkat cerita, karena penyertaan Tuhan, Gideon berhasil mengusir dan mengalahkan musuh Israel. Nah, Gideon mulai terkenal deh, bangsanya mulai memercayainya karena ada bukti kemenangan. Sampai suatu hari, waktu Gideon bersiap perang dengan bangsa Midian, tiba-tiba Tuhan memintanya mengurangi jumlah pasukan yang dibawa. Dari sekian banyak orang, Tuhan kurangi terus sampai cuma tinggal 300 orang.
Wah, coba bayangkan kalau kita jadi Gideon. Sebagai orang yang menjadi harapan seluruh bangsa, yang sangat mengandalkan kemampuan pasukannya, lalu tiba-tiba Tuhan minta pengikutnya dikurangi sampai 300 orang saja... Deg-degan ga sih? Overthinking ga tuh? Kalau kalah, nama baik bisa tercoreng, bisa juga meninggal dalam perang. Duh, ngga kebayang jadi Gideon. Bahkan mungkin dalam hatinya, dia pikir Tuhan sedang bercanda.
Tapi Pearlians, seperti yang kita ketahui, Gideon tetap menang walau hanya dengan 300 orang pasukan. Semua karena Tuhan yang menyertainya dan karena Gideon taat. Ketaatan dan keberanian seorang Gideon tentunya tidak muncul secara instan ya. Gideon mengenal Allah-nya, sehingga Dia bisa percaya. Bagaimana Gideon mengenal Allah? Ia selalu terhubung dengan Tuhan dalam setiap bagian hidupnya. When we connect with GOD, we will understand His heart and desires. Ini yang membuat kita mampu memutuskan pilihan yang berbeda di mata dunia, sekalipun pilihan kita amat aneh di mata dunia.
Tuhan selalu memilih yang bodoh dan lemah bagi dunia untuk mempermalukan yang pintar dan kuat bagi dunia
“Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat”
(1 Korintus 1 : 27)
Dengan kata lain, jangan kita menjadi takut berbeda menurut kehendak Tuhan karena kemenangan ada di tangan Tuhan. Dunia tidak bisa menentukan apa yang sudah Tuhan tentukan bagi kita.
Dari Gideon kita belajar bahwa yang termuda, terlemah, terkecil sekalipun, mampu Tuhan promosikan. Syaratnya, kita taat pada kehendak Tuhan, dan pastinya tidak takut menjadi “aneh” di mata dunia. Dengan terhubung kepada Tuhan, Gideon mengenal hati dan kehendak Tuhan yang menjadikannya sebagai pemenang. Pearlians, jadi kudus a.k.a berbeda dari dunia memang tidak mudah. Terkadang, ada kata-kata yang begitu menyakitkan, banyak sindiran dilontarkan, bahkan tidak sedikit yang menghina secara langsung. Tapi, yuk kita ingat dan pahami bahwa kita MEMANG diciptakan dan dipanggil untuk menjadi berbeda, khusus untuk menyenangkan Tuhan. Jadi, prioritas kita adalah menjadi harum dan berkenan di hadapan-Nya, persoalan berkat, promosi, harta, nama baik, dan lain-lain, hanya bonus. Percaya saja, Tuhan tidak akan pernah membiarkan umat kesayangan-Nya dipermalukan.
Selamat berjuang menjadi berbeda, khusus, dan menyenangkan hati Tuhan! Tidak perlu takut, sebab Tuhan menyertaimu!