Istirahatmu jugalah Ibadahmu

by Aprilianna Gea

Istirahat adalah hal yang sangat penting dalam roda kehidupan. Sebuah pekerjaan tidak berjalan maksimal apabila tidak disertai istirahat yang cukup. Menjaga kekudusan hidup melalui waktu istirahat sangatlah penting. Sebagai contoh, di dalam Alkitab, sang penulis Kejadian menuliskan bahwa Allah beristirahat pada “hari ketujuh” (Kejadian 2:2-3), hari yang dikuduskan untuk menikmati ciptaan-Nya. Begitu pula dengan manusia yang juga mendapatkan waktu untuk beristirahat bersama Allah. Oke, jadi seperti apa istirahat itu sebenarnya?

Menurut KBBI, istirahat adalah “berhenti (mengaso) sebentar dari suatu kegiatan (untuk melepaskan lelah)”. Arti senada juga ada di Alkitab, yang secara harfiah dipahami sebagai “bersantai dalam damai”. Kata ini juga menyiratkan “dukacita orang-orang bagi yang mati”. Nah, di Alkitab, kata istirahat pertama kali muncul dalam kitab Kejadian 2:1-3:

“Demikianlah diselesaikan langit dan bumi dan segala isinya. Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuat-Nya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaan yang telah dibuat-Nya itu. Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuat-Nya itu.”

Hal ini menandakan bahwa pekerjaan penciptaan Tuhan telah mencapai akhir yang berhasil, sehingga diri-Nya memberkati, menguduskan, kemudian beristirahat dan menikmati setiap keindahan dari ciptaan-Nya.

Beberapa milenium kemudian, Tuhan juga memerintahkan bangsa Israel untuk menguduskan hari Sabat seperti yang dilakukan-Nya setelah hari penciptaan usai:

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat.” - Keluaran 20:8

Di dalam bahasa Ibrani pun kata “Sabat” juga dimaknai sebagai “istirahat”. Sebelum kebangkitan Yesus Kristus, hari Sabat diperingati sebagai hari istirahat Allah setelah Dia menyelesaikan penciptaan. Namun setelah kebangkitan dan kenaikan Yesus Kristus ke surga—hingga sekarang, Sabat juga diperingati sebagai kebangkitan Yesus Kristus. Itu adalah hari kudus yang ditetapkan oleh Allah bagi kita untuk beristirahat dari pekerjaan sehari-hari kita serta beribadah kepada-Nya. Bahkan Yesus mengajarkan bahwa hari Sabat dibuat untuk kepentingan kita (baca: Markus 2:27). Tujuan Sabat adalah untuk memberi kita suatu hari khusus dalam seminggu untuk mengarahkan pikiran dan tindakan kita kepada Allah. Itu bukan sekedar hari untuk beristirahat dari pekerjaan. Itu adalah hari yang sakral untuk diluangkan dalam peribadatan dan kekhidmatan. Sewaktu kita beristirahat dari kegiatan rutin sehari-hari, pikiran kita dibebaskan untuk merenungkan hal-hal rohani. Pikirkan apa yang dapat kita lakukan untuk mempersiapkan diri menyambut hari Sabat setiap minggunya. Oke, memang tidak semua orang menjadikan hari Minggu sebagai hari Sabat (para hamba Tuhan justru sangat sibuk, kan, pada hari itu?), tetapi bukan berarti hari yang berbeda untuk beristirahat jadi memberikan makna yang berbeda pula bagi hari Sabat. 

Istirahat sering dihubungkan dengan kegiatan tidur atau menghentikan diri dari seluruh aktivitas. Namun, bagaimana jika istirahat itu sendiri adalah sebuah aktivitas penting yang dibutuhkan untuk menjaga kebun kehidupan kita—yang lebih dari hanya tidur dan berhenti dari kesibukan? Kita menemukan istirahat yang paling efektif ketika kita mengaktifkan kembali bagian-bagian hidup kita yang merosot. Apa artinya? Hal ini berarti menghidupkan diri kita kembali. Istirahat bukan hanya tidur. Lebih dari itu, istirahat mengisi kembali bagian-bagian penting dari kehidupan yang telah dianugrahkan kepada kita. Inilah sebabnya istirahat tidak hanya berupa “berhenti sejenak dari sebuah kegiatan”, tetapi juga merujuk pada mengarahkan pandangan kita kembali kepada Sang Pencipta. Dengan beristirahat, kita belajar melepaskan diri sejenak dari beban-beban dunia yang menghimpit jiwa kita dan menikmati relasi di dalam naungan kasih Allah, yang mungkin sudah lama tidak kita nikmati secara sadar.

Kita bisa mulai memikirkan kasih Tuhan yang sudah kita terima selama seminggu yang lalu. Ada banyak hal yang sudah kita lewati bersama Tuhan dan itu adalah berkat anugerah yang tidak terhingga. Namun, ada kalanya kita juga mengalami kelelahan rohani dan emosional. Apa maksudnya? Terkadang rutinitas yang kita jalani sehari-hari menuntut kita untuk selalu tampil prima, baik di hadapan semua orang, maupun di hadapan pekerjaan kita di balik meja. Jadwal yang terlalu padat dipenuhi dengan kita dan karya untuk sesama, membuat kita lupa me-recharge diri kita sendiri. Kita lelah, letih, lesu, dan tidak bersemangat. Akibatnya, kita bisa marah, kesal dan mengamuk tanpa sadar. Badai kelelahan sedang menguasai kita. Supaya bisa penuh dan maksimal, kita perlu terkoneksi kembali dengan sumber kekuatan kita yang sesungguhnya. Siapa Dia? Allah sendiri. 

Jika sulit untuk merehatkan diri sejenak, beberapa ayat berikut dapat menjadi reminder bagi Pearlians:

a.     Yesaya 40:29: “Dia memberi kekuatan kepada yang lelah dan menambah semangat kepada yang tiada berdaya.”

b.     Yesaya 40:31: “Tetapi orang-orang yang menanti-nantikan Tuhan mendapat kekuatan baru: mereka seumpama rajawali yang naik terbang dengan kekuatan sayapnya; mereka berlari dan tidak menjadi lesu, mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.”

c.     Filipi 4:13: “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”

d.     Matius 11:28: “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.”

e.     2 Tesalonika 3:5 juga berkata, “Kiranya Tuhan tetap menujukan hatimu kepada kasih Allah dan kepada ketabahan Kristus.”

Ketika Allah ingin kita menguduskan hari Sabat, itu artinya Dia ingin kita mempersembahkan satu hari yang khusus untuk-Nya. Bukan berarti Dia melarang kita untuk beraktivitas (mis.: mandi, menyuci pakaian, membersihkan rumah, dll). Namun, Dia rindu kita mempersembahkan waktu terlebih dahulu untuk-Nya di hari istirahat itu. Istirahat bukanlah berhenti total dari semua aktivitas kita. Ada kalanya kita perlu beristirahat dan memberikan jiwa kita apa yang dibutuhkannya. Hidup yang penuh hiruk-pikuk setiap hari sudah cukup melelahkan dan kita perlu beristirahat di dalam Tuhan. Istirahat yang kudus akan memberikan kepuasan sejati bagi kita. Saat kita siap kembali ke dunia nyata untuk berkarya kembali, istirahat yang kudus telah memaksimalkan hidup kita. Terkadang, istirahat sejenak adalah pilihan yang tepat.

(Artikel dengan topik serupa dapat dibaca di sini)

Previous
Previous

Dua Wanita yang Mencintai Satu Pria

Next
Next

Doa saat Galau Berat