Lidah Orang Bijak
by Alphaomega Pulcherima Rambang
Bacaan: Lukas 6:43-45 (Pohon dan buahnya)
Karena tidak ada pohon yang baik yang menghasilkan buah yang tidak baik, dan juga tidak ada pohon yang tidak baik yang menghasilkan buah yang baik. Sebab setiap pohon dikenal pada buahnya. Karena dari semak duri orang tidak memetik buah ara dan dari duri-duri tidak memetik buah anggur. Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya." - Lukas 6:43-45
A itu baik banget orangnya, tapi kalau sedang emosi? Bah! Kebun binatang keluar semua. Padahal aslinya baik lo orangnya.
Si B ini mulutnya saja yang amit-amit, tapi aslinya baik lo…
Pernahkah mendengar demikian? Atau jangan-jangan kita sendiri pernah mengucapkannya.
Well, Alkitab dengan tegas berkata demikian:
Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya. - Lukas 6:45
Loh kok gitu sih? Banyak kok temanku yang baik walaupun kadang mulutnya jahat? Wajar aja kali kalau emosi terus mulutnya jadi jahat, ya, kan?
Jreng… Jreng… Perhatikan ini!
Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.
Buah perkataan kita menunjukkan hati kita yang sebenarnya. Sesederhana itu.
Perhatikan ini: jika kita melihat sebuah pohon belum berbuah dan ditanya pohon apakah itu, mungkin bagi kita yang gak mengenalinya akan bingung. Namun, bayangkan saat pohon tersebut telah berbuah, taruhlah durian, saat ditanya dengan mudah kita akan berkata itu adalah pohon durian. Buah (perkataan seseorang) hanya menunjukkan pohon apa dia sebenarnya (hatinya yang sebenarnya). Pohon durian tetaplah pohon durian, bahkan sebelum dia berbuah, buahnya memampukan orang lain mengenali pohonnya.
Pada ayat lain, dikatakan seperti ini:
Kata-Nya lagi: "Apa yang keluar dari seseorang, itulah yang menajiskannya, sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang."
Markus 7:20-23
Perkataan yang keluar dari seseorang berasal dari hatinya.
Jika kita berkata seseorang berkata jahat/kasar/tidak membangun hanya saat keadaannya tidak baik (emosi/kecewa/marah/sedih), bisa jadi kita salah. Bukan keadaan tersebut yang menyebabkan dia berkata demikian, tapi keadaan tersebut yang menunjukkan siapa dia sebenarnya. Kalau melihat rumusan ayat di atas (tsah…), sebenarnya untuk melihat isi hati manusia itu sangat mudah. Dengarkan dengan saksama apa yang keluar dari mulutnya. Apakah yang dikatakannya adalah hal yang benar, mulia, adil, suci, manis, sedap didengar, kebajikan dan patut dipuji? Lalu, apakah yang dikatakan telah selaras dengan perbuatannya? Pohon yang menghasilkan buah yang baik pula. See?Perkataan kita sama pentingnya dengan perbuatan kita. Kenapa? Karena perkataan kita menunjukkan hati kita yang sebenarnya.
Jika seseorang menyakiti orang lain yang mendengar perkataannya kemungkinan besar di dalam hatinya ada sesuatu yang terpendam dan semaunya dikeluarkan, mungkin ada iri hati dan hujat di dalam hatinya. Saat seseorang selalu merasa dirinya benar dan orang lain selalu salah sehingga dia tidak peduli apakah orang lain tersinggung atau tersakiti oleh perkataannya, ada kesombongan di dalam dirinya. Jika seseorang berkata mulutnya kasar dan menyakiti orang lain tetapi dikatakan hatinya baik. Bisa jadi ini hanya pembenaran dirinya sendiri. Atau dia tidak menyadari ada kepahitan di hatinya. Kebenaran berkata, “Mana ada pohon yang tidak baik dapat menghasilkan buah yang baik?” (ayat 43)
Eh, ini Yesus yang ngomong, lho...
Jadi bagaimana mengucapkan sesuatu yang berkenan dan menyenangkan TUHAN kita?
1. PIKIRKANLAH YESUS!
Saat kita memusatkan perhatian pada hal-hal yang lain selain Yesus, yakinlah itu gak akan memenuhi SEMUA kriteria: “semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji.”
Kita sering lupa kalau TUHAN hadir di setiap detik hidup kita, Dia mendengarkan dan menyimak apa yang kita ucapkan. Seandainya TUHAN hadir secara fisik di hadapan kita, apakah kata-kata yang keluat dari mulut kita akan sama dengan yang kita keluarkan selama ini? Aku yakin jawabannya NGGAK. Tentu kita akan berusaha menjaga ucapan bibir kita, because of what? Secara naluri kita sadar kalau TUHAN tidak pantas mendengarkan ucapan seperti itu, ya kan? Sayangnya, kita sering melupakan hadiratNya yang ada dan nyata walau Ia tak nampak
Kita menganggap remeh dan lupa bahwa Tuhan memperhatikan setiap ucapan kita:
menjelekkan orang lain,
kata-kata kasar,
perkataan sia-sia,
bahkan humor gak kudus
udah jadi bagian hari-hari kita
Well, setidaknya, hari-hariku, dan ucapan-ucapanku... *sigh* T_T
Padahal, Firman Tuhan sudah menegaskan pentingnya menjaga perkataan:
Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia.
(Efesus 4:29)
Demikian juga perkataan yang kosong atau yang sembrono--karena hal-hal ini tidak pantas--tetapi sebaliknya ucapkanlah syukur.
(Efesus 5:4)
Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap kata sia-sia yang diucapkan orang harus dipertanggungjawabkannya pada hari penghakiman.
(Matius 12:36)
BAHKAN, kata sia-sia yang diucapkan pun harus kita pertanggungjawabkan kelak.
Jadi, sehari ini ada berapa kata sia-sia yang telah kita ucapkan?
Berapa kali Tuhan mengernyitkan dahi atau geleng-geleng mendengar ucapan yang keluar dari mulutku?
Berapa kali tangan-Nya mencoba menahan mulutku memuntahkan kata-kata yang sembrono?
Jika apa yang akan aku katakan tidak berkenan pada Tuhan, pastilah itu bukan perkataan yang baik.
2. PIKIRKANLAH DAMPAK DARI UCAPANMU
Tidak ada orang yang senang mendengarkan orang berkata-kata kasar padanya, bahkan orang yang kasar sekalipun. Ibaratnya api disiram bensin makin besar, maka jawaban yang pedas membuat masalah semakin besar. Contohnya gini, nih… Sewaktu aku kesal dengan suamiku terkadang aku gak bisa mengendalikan lidahku. Kalau gak diam (baca: ngambek), aku berkata dengan ketus. Memang, sih, bukan ngomong yang sampe kebun binatang keluar, tapi nada bicaraku gak menyenangkan. Jika aku tahu apa yang akan aku katakan menyakiti hati orang lain, better diam deh! Kita sering lupa firman Tuhan yang berkata:
Hidup dan mati dikuasai lidah, siapa suka menggemakannya, akan memakan buahnya.
(Amsal 18:21)
Kalau hidup dan mati kita ditentukan oleh perkataan kita, kita tidak akan sembarangan dengan perkataan yang kita ucapkan. Bayangkan, apa yang kita ucapkan bisa menentukan hidup dan mati seseorang. Semangat seseorang bisa dipadamkan dan dinyalakan hanya lewat perkataan. Akankah kita asal berbicara? Perkataan apa yang akan kita ucapkan saat tahu dampak ucapan kita akan mempengaruhi emosi seseorang, keputusannya? Masa depannya? Bahkan hidup matinya? Kalau aku, sih, aku mau memilih mengucapkan perkataan berkat—bukan yang menyebabkan kematian. Bagaimana dengan kamu?
Terakhir, ayat ini me-rhema sekali bagiku, jadi aku mau share:
Lidah orang benar seperti perak pilihan, tetapi pikiran orang fasik sedikit nilainya.
(Amsal 10:20)
Awalnya membingungkan, sih, kenapa dikatakan lidah orang benar dikatakan seperti perak pilihan. Lalu, aku mencari di Google seperti apa ciri-ciri perak yang bagus. Ternyata, ada salah satu metode sederhana untuk menguji keaslian perak. Salah satu metode yang populer disebut tes bunyi perak. Coba ambil sebuah koin perak asli, kemudian jatuhkan pelan-pelan ke ubin, dengarkan dan rekam suaranya baik-baik, kemudian jika lakukan hal yang sama pada cincin perak tersebut, lalu bandingkan nada suaranya. Jika hasilnya sangat berbeda, maka mungkin keduanya adalah logam yang tidak sama. Nah, dengan siapa aku harus membandingkan lidah orang benar? Tentu saja dengan kebenaran itu sendiri, aliasKristus. Lidah orang benar seharusnya seperti Kristus yang mengucapkan kebenaran, mengucapkan kata-kata yang memberkati, dan tidak mengeluarkan hal yang sia-sia. Ada yang tersakiti oleh lidah Kristus? Biasanya, sih, yang seperti itu adalah mereka yang tidak mau menerima kebenaran.
Nah, apa yang diperdengarkan oleh lidah kita?
Bunyi-bunyian apa yang keluar dari lidah kita?
Apakah lidah kita benar di mata Tuhan?
Marilah kita bijak dalam menggunakan lidah kita. Orang yang bijak selalu menggunakan akal budinya (pengalaman dan pengetahuannya) dengan cermat. Dia tahu BAGAIMANA dan KAPAN harus bersikap,menghadapi situasi dan kondisi tertentu. Ada kalanya kita harus berbicara dengan nada lembut, tegas bahkan keras. Mulut orang bijak tahu persis apa dampak kata-katanya, dia tahu hidup dan mati dikuasai lidah, karenanya dia berhati-hati dalam berkata. Mintalah Kristus menaruh perkataan-Nya supaya perkataan-Nya saja yang kita ucapkan.