Out of Love for You!
by Benita Vida
Pearlians pernah, dong, ngerasain yang namanya lagi jatuh cinta? Berjuta rasanya, ya? Kayanya bisa climb every mountain and swim every ocean, kan? Pokoknya apa aja asal menyenangkan si dia, deh… Hihihi… Semua pasti pernah ngerasain fase ini dan balada percintaan itu sangatlah wajar. Namanya juga lagi jatuh cinta, kan? Eh, tapi pernahkah Pearlians juga merasakan yang namanya cintanya tidak berbalas? Rasanya sakiiitttttttt, sampai-sampai ada ungkapan yang bilang, “Lebih baik sakit gigi daripada sakit hati,” karena emang sesakit itu rasanya (padahal sakit gigi juga ga kalah sakitnya haha). Hubungan kita dengan Tuhan juga hampir-hampir seperti itu, tapi bedanya yang cinta banget sama kita itu Tuhan dan kita yang sering ghosting-in Dia. Iya, ga?
Padahal, cintanya Tuhan itu luar biasa, loooh! Pasti kita semua ngerasain kalau apapun yang Tuhan lakukan, semua dilakukan untuk kebaikan kita dan pasti yang terbaik untuk kita karena kerinduan-Nya cuma ingin melihat kita bahagia di dalam-Nya. Namun kenyataannya, kita sering banget ghosting-in a.k.a setengah-setengah sama Tuhan, muncul kalau sedang mepet dan butuh bantuan. Duh, kebayang ga sih perasaan-Nya Tuhan? Sedih bingitz pasti ya, tapi saking cintanya Tuhan sama kita, Tuhan ga pernah nyerah sama kita. So sweet banget kan Tuhan itu, tapi di sisi lain, kita sering take it for granted…
Nah, kali ini aku pengen ajak kita untuk mulai bener-bener cinta sama Tuhan, sebagai bentuk syukur kita atas cinta-Nya bagi kita. Masa’ kita mau terus-terusan hanya ingin menerima berkat-Nya doang tapi ga mau ngelakuin apa yang jadi bagian kita? Kalau gitu melulu, caranya menunjukkan kalau kita cinta sama Tuhan? Iya, sih, Tuhan memang ga keliatan secara kasat mata, ga bisa dikasih bunga, ga bisa diajak makan dan nonton bioskop, ga bisa dibeliin barang mahal… tapi bukan berarti kita punya alasan untuk ga ngelakuin ayat ini:
“Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku.”
(Yohanes 14:15)
Firman Tuhan jelas berkata jika kita mengasihi Tuhan, maka buktinya adalah kita pasti menuruti perintah dan kehendak-Nya. Kalo kita mengasihi Tuhan, kita pasti tidak akan melakukan apa yang Tuhan tidak suka karena itu artinya kita sedang menyia-nyiakan anugerah keselamatan yang DIa berikan.
Yang namanya cinta pasti buta, rela lakuin apa aja buat yang dicintai. Ketika kita mengasihi Tuhan, itu artinya kitamelakukan yang Dia inginkan sekalipun hal tersebut ekstrim untuk kita. Tuhan saja rela mati untuk kita (yang adalah orang berdosa), masa’ kita tidak bisa mengikuti perintah dan kehendak-Nya? Memang benar bahwa ada orang percaya yang mati karena imannya kepada Kristus, tetapi itu bukanlah satu-satunya cara untuk menunjukkan bukti kasih kepada-Nya. Apalah gunanya kita menyerahkan nyawa tetapi tidak ada kasih di dalamnya (mengutip Paulus)? Namun, kita harus mengingat, justru dengan menaati perintah dan kehendak-Nya, kita yang akan diuntungkan pada kekekalan kelak—bahkan saat ini pun sebenarnya kita sudah bisa mencicipi kekekalan itu melalui relasi pribadi bersama Tuhan.
Lalu apa perintah dan kehendak-Nya Tuhan untuk kita? Kita bisa mengerti perintah, hal yang Tuhan sukai, yang Tuhan tidak sukai dengan membaca buku cinta-Nya, yaitu Alkitab. Di dalamnya tertuang isi hati Tuhan untuk kita yang dikasihi-Nya; bacalah Alkitabmu, maka kamu akan mengenal Tuhan lebih dekat. Lalu bagaimana dengan kehendak-Nya untuk kita? Apakah Dia memiliki kerinduan yang sama bagi setiap orang? Hm, karena kita diciptakan dengan keunikan masing-masing, maka kehendak Tuhan berbeda-beda bagi setiap pribadi disesuaikan dengan rencana besar Tuhan di hidup kita, yang pasti akhirnya adalah untuk kebahagiaan kita dan kemuliaan Tuhan dinyatakan melalui hidup kita. Lalu, gimana tau kehendak Tuhan di hidup kita? Nah, beberapa tips untuk bisa mencari tahu apa kehendak Tuhan bagi masing-masing kita.
1. Baca firman Tuhan
Kita pasti sudah sering dengar ayat yang berkata :
“Firman-Mu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku”
(Mazmur 119:105)
Ayat ini lumayan terkenal bahkan sampai ada lagunya. Nah, pemazmur bilang kalo Firman Tuhan itu pelita dan terang bagi jalan kita. Hidup kita adalah sebuah perjalanan Panjang dimana ada banyak jalan, belokan,maupun rintangan menuju tempat tujuan kita. Siapa yang disini kalau berkendara atau pergi ke suatu tempat sering pakai GPS? Nah, pasti pernah, donk, ngerasain salah belok, alhasil perjalanan makin panjang bahkan kita harus ambil jalan memutar, biasanya ini dialami sama orang yang jarang menggunakan GPS, tapi orang yang sudah sering menggunakan GPS pasti kurang lebih sudah mengerti kapan harus belok.
Firman Tuhan itu seperti GPS untuk hidup kita, yang memuat semua panduan, arah, dan jalan menuju kerinduan hati Bapa. Kalau kita jarang menggunakan “GPS”, kita sering “salah belok”. Karena itulah, kita harus sering menggunakannya. Begitu juga dengan Firman Tuhan, yang memang terlihat rumit, sulit dimengerti, sudah pernah dengar cerita Alkitab dari orang lain, tebal, bikin ngantuk, dan berbagai macam alasannya. Namun, percayalah, semakin sering kita membacanya, semakin kita mengerti kerinduan hati Bapa, dan kita akan diubahkan. Dengan membaca Firman, kita bisa melihat kehendak Bapa untuk tiap hidup kita supaya kita tidak “salah belok” menuju penggenapan kehendak-Nya. Bukan berarti kalau sudah hapal mati lalu kita tidak perlu membaca dan merenungkan Firman Tuhan lagi, ya, justru semakin dewasa kita di dalam Tuhan, semakin kita menyadari bahwa kita tidak akan bisa hidup di luar kebenaran-Nya.
2. Membangun hubungan dengan Pemilik kehendak hidup kita.
Kekristenan berbicara tentang hubungan kita dengan Tuhan. Apa yang menjadi kita istimewa dari orang yang tidak percaya kepada-Nya secara pribadi? Yang menjadikan kita istimewa adalah kita memliki hubungan dengan Tuhan, dan kita yang jauh karena dilayakkan menjadi dekat karena kasih-Nya. Status kita yang tadinya hanya hamba dan tidak tahu apa-apa tentang apa yang dilakukan oleh tuannya, diangkat menjadi sahabat—bahkan anak—sehingga tidak ada lagi yang dirahasiakan Tuhan daripada kita. Namun, kita tetaplah hamba-hamba Tuhan yang sekaligus dijadikan-Nya sebagai anak-anak-Nya. Sounds beautiful, right?
“Aku tidak menyebut kamu lagi hamba, sebab hamba tidak tahu, apa yang diperbuat oleh tuannya, tetapi Aku menyebut kamu sahabat, karena Aku telah memberitahukan kepada kamu segala sesuatu yang telah Kudengar dari Bapa-Ku.”
(Yohanes 15:15)
Ketika kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan, tidak ada yang tidak diberitahukan kepada kita termasuk dengan kehendak-Nya (meskipun penyingkapan itu dilakukan sesuai dengan kesanggupan dan kesiapan hati kita). Hidup kita berisikan rancangan-rancangan indah, terbaik, luar biasa, yang mendatangkan kebaikan bagi kita, ketika kita memiliki hubungan yang dekat dengan Tuhan lalu mencari kehendak-Nya dalam hidup kita. Percayalah bahwa rahasia-rahasia Ilahi akan diberitahukan pada kita, jalan mana yang harus kita tempuh, dan keputusan-keputusan besar dalam hidup kita yang harus kita ambil. Sekalipun jalannya terasa berkelok-kelok, tetapi semua itu akan membawa kita lebih mengenal Tuhan dan diri sendiri secara utuh —serta memuliakan-Nya melalui pengalaman iman kita.
3. Rendah hati
Kehendak Tuhan tidak selalu dinyatakan secara langsung pada kita sewaktu kita berdoa atau membaca Firman. Kadang-kadang, Tuhan juga berbicara lewat nasehat dan kritikan dari orang lain, bahkan dari orang yang kita anggap “kurang berkompeten” untuk memberikan kita nasihat dan kritikan. Karena itu, hendaklah kita belajar untuk rendah hati dan memiliki telinga yang mau mendengar, jangan hanya karena kita asumsi orang yang berbicara pada kita “kurang kompeten” atau “kurang pas” untuk menegur kita, lantas kita tidak mau mendengarkan dan berpikir omongan mereka bukan dari Tuhan.
Setelah (kira-kira) mengetahui kehendak Tuhan, apa yang harus kita lakukan? Well, terkadang apa yang menjadi kehendak-Nya tidak selalu enak, loh, ya! Agar mencapai tujuan yang mulia dan luar biasa itu ada harga yang harus dibayar, akan banyak teguran, akan banyak proses pembentukkan pribadi, dan akan banyak ujian untuk membuktikan bahwa kita SETIA dalam menjalankan segala sesuatu demi mewujudkan kehendak Tuhan dalam hidup ini. Karena itulah, biarlah cinta menjadi dasar utama kita melakukan kehendak-Nya, let’s all be done out of our love for Him. Jika cinta dengan manusia bisa membuat orang buta dan mampu melakukan segalanya, apalagi cinta pada Tuhan kita? So, let us check our own heart and find out, are we love Him enough so that we are willing to do anything for Him? Just like what He did, He does, and He will do in our life…
When we do His will out of our love for Him, kita tidak akan pernah memperhitungkan rugi atau untungnya. Kita bahkan tidak akan pernah ragu karena kita tahu bahwa cinta yang Tuhan tunjukkan pasti memberi yang terbaik untuk tidak dan tidak akan pernah sekalipun Dia meninggalkan kita sewaktu hati kita TAAT dan SETIA. Are you willing to do His will? Jesus bless!