Terbuka dan Pulih
by Poppy Noviana
Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya
(Yakobus 5:16)
Jika kamu ingin dimaafkan – akuilah dosamu kepada Tuhan, namun jika kamu ingin dipulihkan – akuilah dosamu kepada seseorang. Perkataan Rick Warren ini adalah sebuah pengingat untuk kita semua, bahwa manusia adalah makhluk sosial yang terhubung satu sama lain, termasuk dalam hal mengakui kesalahan. Hal ini menarik, sebab banyak diantara kita memiliki kecenderungan untuk menutupi kesalahan, cuek, dan pada akhirnya tumpul terhadap rasa bersalah. Orang-orang seperti ini sulit mengakui kesalahan dan merasa segala sesuatu akan baik-baik saja selama kesalahannya tidak tercium oleh publik. Saya sendiri mengalami pergumulan serupa: tidak mudah mengakui kekurangan diri sendiri dan bertekad untuk berubah seorang diri.
Kenapa berani rentan itu diperlukan?
Mengakui kesalahan berarti berani menjadi rentan. Kesadaran atas kelemahan dan mengakuinya memerlukan kerendahan hati yang sungguh. Kerendahan hatilah yang menolong kita untuk mengenal keinginan-keinginan Tuhan dan hanya karena anugerah-Nya kita dimampukan untuk berubah. Memilih untuk mengakui kesalahan adalah awal dari pemulihan. Berani menghadapi kerentanan, mengakuinya dan menunjukkan perubahan kepada orang yang dapat kita percayai adalah langkah bijak yang bisa ditempuh.
Apa sebenarnya yang membuat sulit mengakui kesalahan?
Seringkali kita berkeras mengontrol sesuatu yang tidak dapat kita kendalikan, misalnya mengatur respon orang lain jika mereka mengetahui kesalahan yang kita perbuat. Sampai kapanpun hal tersebut tidak akan mungkin bisa kita kendalikan, yang bisa kita lakukan adalah menentukan waktu yang tepat untuk mengatakannya. Perubahan hanya bisa ditempuh dengan menghadapi kenyataan dan menghidupi kebenaran, sebab hanya kebenaran yang dapat membebaskan.
yaitu bahwa kamu, berhubung dengan kehidupan kamu yang dahulu, harus menanggalkan manusia lama, yang menemui kebinasaannya oleh nafsunya yang menyesatkan, supaya kamu dibaharui di dalam roh dan pikiranmu, dan mengenakan manusia baru, yang telah diciptakan menurut kehendak Allah di dalam kebenaran dan kekudusan yang sesungguhnya.
(Efesus 4: 22-24)
Rasa malu dan takut ditolak juga dua hal yang berat untuk dihadapi, akibatnya kejujuran dikesampingkan. Namun, ada kabar baik: penerimaan adalah kebutuhan dasar manusia yang sudah diberikan Yesus kepada kita melalui pengorbanan-Nya di kayu salib. Ia telah mati untuk rasa malu kita akan dosa, bahkan Ia ditolak ciptanNya sendiri demi kita.
Jadi, kalau kita tahu bahwa Yesus saja mengalami penolakan dari ciptaan-Nya, apalagi kita? akan selalu ada pihak-pihak yang memang tugasnya menjadi oposisi dalam hidup ini. Perbedaan dan konflik adalah hal biasa yang bisa mendorong kita untuk menjadi lebih dewasa saat hidup dan tumbuh berkarakter seperti Yesus.
Lalu apa langkah berikutnya?
Pertobatan dan perubahan hidup adalah pilihan. Selama kita memilih untuk bungkam dan merasa cukup saya saja dengan Tuhan, selama itu pula hidup akan stuck alias mundur perlahan. Kekristenan yang organik hanya menawarkan dua pilihan, yaitu semakin mundur dan menjauh dari Tuhan, atau semakin dewasa dan dipimpin oleh roh. Pilihlah kebenaran supaya kamu memiliki hidup, dan biarlah damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal memelihara hati dan pikiranmu.
Berusaha berubah seorang diri, bukan merupakan pilihan yang tepat, sebab kita memerlukan teman yang mendorong kita memiliki akuntabilitas untuk berubah dan bertanggung jawab atas pilihan kita. Mereka juga yang akan mengingatkan kita, jika kita mulai kembali kepada natur dosa yang sudah melekat di dalam diri, sebab daging itu lemah dan roh itu penurut.
Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan; ROH memang PENURUT, tetapi daging lemah. (Markus 41:38)
Bagaimana memulai dan mempertahankan untuk tetap hidup dalam kebenaran?
Jujur saja ini bagian yang sangat menantang, kenapa demikian? Karena perlu kedisiplinan yang konsisten. Belum lagi jika kita sedang banyak diterpa masalah dan tekanan, godaan untuk kembali jatuh sangat kuat. Tapi, Tuhan berjanji kepada kita bahwa Dia akan menyertai kita, Dia tidak akan meninggalkan kita, dan tidak ada satupun yang dapat memisahkan kasih-Nya dari kita. Percayakah kita akan hal ini?
Saya teringat sebuah lagu yang begitu menolong saya sampai hari ini, ketika menghadapi kegagalan terbesar saya dalam melakukan pekerjaan di kantor. Saya pernah membuat perusahaan tempat saya bekerja over budget dan kepercayaan atasanpun menurun, namun respon yang saya pilih adalah mengakui kepemilikan saya atas kesalahan tersebut dan bersikap berani untuk menerima apapun konsekuensi yang akan diberikan oleh perusahaan. Tahun itu saya mengalami penurunan penilaian performa kerja yang memengaruhi insentif saya. Belum pernah saya memperoleh insentif sekecil itu selama saya bekerja, namun saya bersyukur karena harga sebuah pembelajaran atas kepemilikan kesalahan dan ketangguhan dalam menggambil sikap merupakan bagian dari karakter saya hari ini.