Pendidikan Holistik

3 Mei - PENDIDIKAN HOLISTIK Blog.jpg

by Rebecca Evelyn Laiya 

Siapa yang bisa memungkiri pentingnya pendidikan? Dalam Amsal 1:7 disebutkan bahwa awal dari pengetahuan atau pendidikan adalah takut akan Tuhan. Dalam Ulangan 6:7-9 juga dijelaskan mengenai pendidikan di rumah, tentang bagaimana orang tua mengajarkan perintah untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Perintah itu harus diperkatakan siang dan malam, dijadikan symbol, bahkan ditulis pada tiang pintu rumah dan pintu gerbang. 

Pada zaman kuno, belum ada gedung yang bernama sekolah. Jadi, pendidikan diawali dengan didikan dari orang tua dan diakhiri  juga oleh didikan dari  orang tua. Anak-anak diajar melalui Firman Tuhan (Kitab Taurat) dan tentunya melalui pengalaman-pengalaman orang tua dan orang lain yang ada di sekeliling  anak-anak. 

Ajaran mengasihi Tuhan tentunya selalu menjadi topik utama. Anak-anak diajar untuk memahami Tuhan yang mereka sembah sebagai Allah yang hidup, yang telah memberi keselamatan dan berkat-berkat kehidupan. Untuk itu, anak-anak diajar untuk selalu setia pada Allah dan menjadi saksi diantara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan (Ul 14:23, 17:19, 31:12-13, Maz 119:7, 71). Selain itu, mereka diajar untuk memahami bagaimana hidup sesuai dengan etika bangsa Israel agar mereka memperoleh kebahagiaan juga di bumi (Yes 1:17. 2:4. 26:9, Yer 12:16, Peng 12:12).

Berdasarkan kitab Perjanjian Lama, ada dua istilah ‘belajar’ dalam bahasa Ibrani  yaitu  ‘law-mad’ yang diterjemahkan dalam Bahasa Inggris ‘to learn’ yang artinya mempelajari dengan sungguh-sungguh dan dengan latihan yang serius kemudian melakukannya dalam kehidupan (Ul 14:23, 17:19, 31:12-13, Maz 119:7, 71, Yes 1:17. 2:4. 26:9, Yer 12:16). Istilah yang kedua adalah laºhag, yang dalam Bahasa Inggrisnya adalah ‘to study’. Istilah ini cenderung berarti menyerap pengetahuan hanya dari buku-buku tanpa memaknai pengetahuan itu dalam kehidupan yang nyata (Peng 12:12).

Tuhan tidak ingin agar anak-anak-Nya memiliki pendidikan yang abstrak tanpa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Tuhan juga menekankan bahwa pendidikan seharusnya bukan hanya diajarkan, tetapi dilatih berulang-ulang sehingga merasuk dalam kehidupan sehari-hari. Pengkhotbah juga memperingatkan kita dalam Pengkhotbah 12:12, bahwa pendidikan yang mengarah pada penyerapan pengetahuan atau intelektualitas, tanpa latihan dan penerapan, akan sia-sia. 

Ada sebuah kutipan dalam Buku Charlotte Mason Vol 1 Home Education, “When it shaping person’s destiny, educating the will is far more important than educating the intellect”. Ungkapan ini berarti bahwa, untuk membentuk masa depan yang bahagia bagi seseorang, melatih kehendak/kemauan lebih penting dari pada pendidikan intelektual. Kehendak yang bagaimana? Tentunya kehendak untuk memilih yang apa yang baik sesuai Firman Tuhan, dengan tujuan memuliakan Tuhan. 

Lalu apa yang terjadi dalam pendidikan kita hari ini? Hari ini banyak orang tua yang resah anak-anaknya nanti tidak dapat memiliki kompetensi yang cukup untuk memperoleh pekerjaan yang baik. Akibatnya, banyak anak-anak dipaksa untuk belajar siang malam tanpa henti agar memperoleh nilai sempurna, demi mendapat pekerjaan dengan gaji yang terbaik di masa depan. Sayangnya, orang tua lupa bahwa pendidikan bukan hanya berkisar tentang ‘to study’ saja namun seharusnya secara holistik yaitu to learn. Belajar yang berkutat pada penyerapan pengetahuan tanpa diikuti latihan untuk memilih yang baik dengan tujuan memuliakan nama Tuhan adalah sia-sia.

Masalah yang terjadi dalam dunia pendidikan hari ini disebabkan karena praktek pendidikan tidak diterapkan secara holistik. Pendidikan hanya terbatas pada teori dan hafalan, lalu diterapkan hanya untuk ujian semata agar mendapatkan nilai yang terbaik. Bahkan, pelajaran agama pun diterapkan seperti itu. Padahal, pendidikan seharusnya menjadi dasar untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan. Pendidikan perlu direnungkan, dilatih siang dan malam, dan diterapkan dalam memutuskan pilihan-pilihan hidup. Pendidikan seharusnya juga diterapkan secara kontekstual agar si anak mampu menyelesaikan persoalan hidupnya sesuai konteks lingkungan kehidupannya. 

Previous
Previous

Pentakosta

Next
Next

Dikuduskan oleh Firman