Pilah Pilih Memakai Media Sosial

by Benita Vida

Hello, Pearlians! How are you? Semoga dalam keadaan baik, sehat, dan bahagia ya! Kita sudah melalui lebih dari setengah bagian tahun 2022 dan memasuki bulan ke delapan. Bagaimana? Adakah cerita menarik? Adakah pelajaran hidup dan pengertian baru yang disingkapkan?

Saat ini, media sosial sudah menjadi bagian hidup kita. Tidak hanya sebagai hiburan, tapi juga sumber informasi. Tren menggunakan media sosial pun meningkat, sampai-sampai orang-orang tua juga sudah membuat akun. Tapi, tidak bisa dipungkiri, media sosial juga sering menjadi penyebab depresi, ajang pamer, wadah menjadi “palsu” dan sebagainya. Wah, susah juga ya, kalau yang awalnya mencari hiburan malah menjadi rendah diri karena melihat kesuksesan orang lain di layar media sosial. Karena itu, kita harus belajar memilah mana yang bermanfaat dan mana yang sebaiknya dihiraukan saja.

Kita juga perlu menjadi teladan dalam menggunakan media sosial loh. Walaupun banyak yang menggunakannya untuk kepentingan diri sendiri, justru kita sebagai anak Tuhan yang mengenal kebenaran harus menjadi berbeda. Siapa tahu kan ada satu jiwa terselamatkan melalui media sosial kita. Jangan sampai standar kekudusan kita turun atau tidak terlihat waktu saat kita menggunakan media sosial.

Kita perlu mengerti bahwa apapun yang kita lakukan adalah untuk Tuhan.

Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.
(Kolose 3:23)

Termasuk saat menggunakan media sosial, biarlah kita memuliakan nama Tuhan dan bukan mengejar kemuliaan diri sendiri.

Kalau dulu ada istilah “mulutmu harimaumu”, sekarang sepertinya istilah “jarimu harimaumu” lebih cocok. Tulisan kita di media sosial bisa membuat perbedaan besar antara memberkati atau justru membuat orang lain tidak nyaman. Bahkan, tidak jarang juga dengan unggahan kita, kita bisa menyebabkan masalah untuk diri sendiri, seperti kasus beberapa orang yang dilaporkan oleh selebriti karena komentar di media sosial. Wah, jangan sampai kita jadi seperti itu ya.

Tidak ada yang salah dengan membagikan keseharian kita, apalagi jika tujuannya supaya orang lain tahu kegiatan asik yang baru atau tempat baru yang nyaman. Tapi jika yang kita bagikan adalah “pamer” beli handphone baru, “pamer” tas branded baru, dan sejenisnya, apakah pernah terpikir kalau kita bisa membuat orang yang melihat keseharian kita di sosial media menjadi tidak nyaman? Apakah apa yang kita unggah menjadi berkat dan berguna bagi orang lain?

Sekalipun sosial media dibuat supaya ada tempat bagi penggunanya untuk menjadi “palsu”, justru kita harus menjadi “asli” sesuai dengan apa yang Tuhan inginkan. Ingatkah kita kalau Tuhan tidak suka dengan sesuatu yang mengandung ragi? Kenapa ya? Karena ragi itu membuat adonan mengembang namun bukan volume “asli”. Jadi Tuhan tidak suka kita melebih-lebihkan yang sebenarnya bukan kita Ia paling suka kita yang asli tanpa ada bumbu apapun. Jadi mari kita belajar untuk menunjukkan diri kita apa adanya karena Tuhan sudah mengasihi kita apa adanya.

Teman-teman, mari kita belajar sama-sama untuk bisa memilah kepentingan sebelum kita membagikan sesuai di media sosial. Apakah berguna? Apakah akan menjadi berkat? Apa motivasi kita? Jangan sampai kita curhat berlebihan di sosial media, marah-marah, atau menyindir seseorang di media sosial. Media sosial bukan tempat yang tepat untuk hal tersebut. Biarlah kita bijaksana dalam segala hal dengan mengutamakan kepentingan kerajaan Allah dan kemuliaan Allah dalam apapun yang kita lakukan, termasuk dalam menggunakan media sosial. Selamat berjuang!

Previous
Previous

Belajar Dari Drakor “Doctor Lawyer”

Next
Next

A Tough Journey, yet Precious for the Future