Yang Tabu Menjadi Perlu

by Nidya Mawar Sari  

“Nanti kalau kamu besar, kamu akan tahu hal itu.” 

Demikian jawab Ibu ketika saya menanyakan tentang seks kepadanya. Hayo, siapa yang pernah mendengar (atau memberikan) jawaban serupa ketika ada pertanyaan mengenai seks? 

Tidak dapat dipungkiri, sejak dulu seks sering kali dianggap tabu atau tidak pantas dibicarakan dengan anak-anak. Pendidikan seks adalah hal yang paling jarang disentuh oleh orang tua untuk diajarkan ke anak-anak mereka. Pendidikan seks kemudian diserahkan kepada sekolah atau pihak lainnya yang dianggap lebih mumpuni untuk mengajarkan hal tersebut. Namun, sesungguhnya pendidikan seks itu bukan selalu bicara tentang hubungan senggama atau penyimpangan-penyimpangan seksual dan akibatnya. Kesalahan pendidikan seks adalah karena hanya mengutarakan pesan-pesan negatif yang dimulai dengan kata “jangan” dan diakhiri dengan kata “nanti akibatnya”. Ada beberapa prinsip yang terlupakan dalam pendidikan seks pada anak.  

Pertama, mari kita perhatikan apa yang Alkitab katakan tentang hal ini. Ulangan 6:6-9 merupakan ayat-ayat yang sering dipakai untuk menggambarkan panggilan utama orang tua, yaitu bukan hanya menyediakan kebutuhan fisiknya, melainkan juga memuridkannya menjadi orang-orang yang mengasihi Allah dan menaati Firman-Nya. Pendidikan seks juga termasuk dalam kurikulum pemuridan dalam keluarga yang dilakukan oleh orang tua kepada anak-anak. Dalam buku Bagaimana dan Kapan Memberi Tahu Anak Anda mengenai Seks, Stan dan Brenna Jones menegaskan bahwa orang tua adalah para pendidik seks yang utama. Tidak ada orang yang memiliki pengaruh sekuat orang tua pada diri anak-anak. 

Ya, setiap orang tua dipanggil untuk memuridkan anak-anaknya, termasuk urusan pendidikan seks. Jika anak-anak tidak mendapatkan pendidikan seks di rumah, maka mereka akan mendapatkannya di luar rumah. Sayangnya, apa yang mereka dapatkan di luar rumah itu belum tentu benar sesuai dengan Firman Tuhan. Didukung dengan tersedianya akses internet dan mudahnya mencari informasi, anak-anak bisa saja mendapatkan informasi yang salah tentang seks. Orang tua yang mengajarkan pendidikan seks kepada anak-anaknya ibarat memberikan imunisasi sebelum mereka membaca dan mendengar infromasi tentang seks dari sekitar mereka. Imunisasi tersebut tidak menjadikan mereka steril dari informasi yang salah, namun mereka sudah diperlengkapi dengan informasi yang benar dari orang tua mereka.  

Tentu saja hal ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Pembicaraan tentang seks akan menjadi efektif ketika orang tua memiliki relasi yang baik dengan anak-anak mereka. Anak-anak akan lebih mudah menerima pengajaran apabila mereka percaya, aman, dan dikasihi oleh orang tua mereka. Itulah sebabnya, membangun relasi yang baik dengan anak-anak adalah sesuatu yang layak untuk diperjuangkan. Mengisi tangki kasih sayang anak-anak adalah hal yang sangat penting. Begitu mereka tidak merasakan relasi yang baik, relasi yang dipenuhi dengan kepahitan, kemarahan, haus akan kasih sayang, maka pendidikan seks menjadi sesuatu yang sangat sulit untuk dilakukan oleh orang tua.  

Ketika mendengar kata pendidikan seks, maka yang biasanya muncul dalam pikiran adalah mengajarkan anak-anak tentang hubungan senggama, tips bagaimana mengajarkan anak-anak untuk melawan godaan-godaan seksual, dan penyakit-penyakit kelamin akibat penyimpangan perilaku seksual. Hal tersebut tidak salah, tetapi ada hal yang tidak kalah penting untuk diketahui anak-anak tentang seks—dan sayangnya, sering kali lupa diajarkan.  

Kedua, seks adalah anugerah Allah bagi manusia. Inilah salah satu kesimpulan dari kitab Kidung Agung yaitu bahwa pernikahan dan keindahan seksualitas yang ada di dalam pernikahan tersebut adalah karunia dari Tuhan. Tuhan menciptakan seks bagi manusia untuk dinikmati dan memenuhi mandat budaya, yaitu beranak cucu dan bertambah banyak. Pada mulanya, seks adalah suatu yang indah (baca Kejadian 2:25). Sebelum jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa tidak malu sekalipun mereka telanjang. Tuhan memberkati mereka dan mereka menjadi satu daging dalam hubungan seksual. Dosa yang masuk dalam hidup Adam dan Hawa merusak apa anugerah Allah yang indah itu menjadi sesuatu yang memalukan. Setelah jatuh dalam dosa, Adam dan Hawa menjadi malu karena mereka telanjang. Dosa—yang berarti tidak memenuhi standar Allah—membuat apa yang baik di mata Allah justru mengekang manusia, bahkan mendapat kutukan. Hal ini terjadi juga dalam seks. Dosa menyebabkan manusia melakukan seks di luar aturan Allah dan mengakibatkan hal-hal buruk terjadi seperti hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dan penyimpangan seks lainnya. Inilah alasannya anak-anak tidak hanya perlu tahu akibat dari perilaku seks yang salah, tapi pesan bahwa seks adalah anugerah Allah yang perlu dijaga baik-baik merupakan hal yang penting untuk disampaikan kepada anak-anak.  

Bagaimana cara menjaga anugerah yang indah itu? Sejak anak-anak masih kecil biasakan menyebut alat kelamin mereka dengan sebutan yang sebenarnya; yaitu penis, vagina, dan payudara. Menyebut alat kelamin dengan sebutan-sebutan lain akan membingungkan bagi anak-anak. Ajarkanlah anak-anak bagian kelamin mereka seperti kita menjelaskan anggota tubuh yang lain, seperti mata, telinga, tangan, kaki dan lainnya. Selain itu, ajak anak-anak untuk menjaga kebersihan tubuh mereka, termasuk alat kelamin mereka. Ajarkan dan biarkan mereka membersihkannya apabila mereka sudah bisa melakukannya. Tentu saja orang tua perlu memantau kebersihannya secara berkala.  

Anak-anak juga perlu diajarkan menjaga privasi mereka, di antaranya: 

  1. tidak keluar kamar mandi tanpa busana; 

  2. berganti pakaian di tempat yang tertutup; 

  3. tidak mandi dengan orang dewasa/ anak lain meskipun sejenis; 

  4. memakai pakaian yang sopan yang tidak memperlihatkan bagian-bagian tubuh yang seharusnya tertutup; 

  5. mengajarkan bagian-bagian tubuh yang bersifat pribadi sehingga tidak boleh dilihat atau disentuh oleh orang lain—termasuk saudara dekat (kecuali ada kondisi darurat pada bagian tubuh yang privat). Bagi anak perempuan, bagian tubuh yang tidak boleh disentuh orang lain paling tidak adalah payudara, vagina, pantat, dan sekitarnya. Bagi anak laki-laki, penis, pantat, dan daerah sekitarnya adalah daerah privat yang tidak boleh disentuh orang lain. 

Ketika anak-anak bertumbuh semakin besar, mereka akan mulai tertarik dengan seks. Hal ini juga seiring dengan perubahan bentuk tubuh mereka. Masa ini kita kenal dengan masa pubertas. Sebagai pendidik utama dalam urusan seksual, orang tua memiliki privilege untuk mengajarkan seksual lebih lanjut sembari membimbing mereka dalam masa pubertas ini. Ketika anak bertanya tentang hal tersebut artinya mereka siap menerima jawaban kita. Sambutlah dengan jawaban yang baik dan benar sesuai dengan usia mereka. Respons yang kita berikan saat anak bertanya akan menentukan apakah dia akan bertanya lagi di lain waktu. Apabila respon kita tidak baik, maka alih-alih bertanya pada kita, anak-anak akan bertanya kepada teman atau mencari sendiri informasi tersebut. Anak-anak mungkin juga akan bertanya hal yang sama berulang-ulang, namun pakailah setiap kesempatan untuk menjelaskan seks dengan baik kepada mereka. 

Nah, apa saja topik-topik yang biasanya muncul di usia pubertas ini?  

1. Perubahan Bentuk Tubuh 

Anak saya pernah bertanya mengapa payudara Mama gendut sedangkan payudara Papa tidak gendut. Saat itu, jawaban yang saya berikan adalah karena seorang wanita diberikan tugas untuk menyusui bayinya. Payudara wanita gendut karena menjadi tempat dimana susu itu disimpan. Jelaskan setiap perubahan bentuk tubuh mereka, baik laku-laki maupun perempuan, itu adalah anugerah Tuhan yang harus dijaga baik-baik. Setiap perubahan—misalnya payudara yang mulai berkembang, rambut yang mulai tumbuh di daerah kemaluan—adalah tanda seorang anak mulai menjadi dewasa. Yakinkan mereka bahwa sebagai orang tua, kita siap mendampingi mereka dan menjelaskan setiap hal yang ingin mereka ketahui dengan benar.

2. Hubungan seksual 

Topik ini bisa dimulai dengan penjelasan secara biologis. Hubungan seksual adalah proses masuknya penis ke dalam vagina. Hal ini adalah cara bertemunya sel telur dan sperma yang kemudian secara ajaib seorang bayi Tuhan ciptakan. Berusahalah tenang dengan wajah yang wajar saat menjelaskan hal ini.  

Penting sekali kita sebagai orang tua memperlengkapi diri dengan membaca buku-buku tentang pendidikan seks yang tentunya dapat dipercaya. Berkonsultasi dengan orang yang dapat kita percaya tentang hal ini juga pasti menolong. Secara pribadi saya mengakui hal ini bukanlah hal yang mudah untuk dijalani. Mengatur hati dan raut muka agar tetap tenang sungguh tidak mudah. Namun, saya mengingat bahwa ini adalah bagian dari panggilan saya sebagai orang tua, dan juga panggilan kita semua. Sebuah panggilan untuk mempersiapkan seorang laki-laki dan wanita dewasa yang hidup menghormati seks dan menjaga kekudusannya sampai waktunya mereka berbagi keindahan seks itu bersama suami/istri mereka. Akhirnya, biarlah Tuhan yang terus memberikan kita hikmat dan kemampuan untuk bisa terus menjalaninya. 

Previous
Previous

Artificial Intelligence dan Iman Kristen

Next
Next

Memujamu dari Jauh