Belajar dari Abigail
by Viryani Kho
Yuk, belajar penuh sukacita dari tokoh Alkitab satu ini, Abigail. Siapa sih sebenarnya Abigail? Dan apa yang bisa kita pelajari dari
teladan iman serta karakternya yang cakap?
Nama orang itu adalah Nabal, dan nama istrinya
adalah Abigail. Istrinya itu baik akal budinya dan cantik rupanya, tetapi
laki-laki itu kasar dan jahat kelakuannya. Ia seorang yang degil. 1 Samuel 25:3
Abigail dan Nabal tentunya
bukanlah pasangan yang serasi. Abigail terlalu baik untuk Nabal, sedangkan
Nabal terlalu buruk untuk Abigail. Memang, Nabal kaya raya, punya banyak uang. Akibatnya,
ia memandang dirinya sebagai orang yang sangat penting. Tetapi bagaimana
pandangan orang lain? Di dalam Alkitab, hampir tidak ada tokoh lain yang
dibicarakan dengan sebutan sehina Nabal. Namanya saja berarti “degil”, atau “bodoh”. Nabal ”kasar dan jahat
perbuatan-perbuatannya”. Ia suka menindas dan mabuk-mabukan sehingga ditakuti
dan tidak disukai oleh banyak orang.
Sedangkan nama Abigail sendiri berarti
“bapaku sumber kesukaan” atau “bapaku membuat dirinya bersukacita.” Pernah
gak sih bertanya-tanya, kok bisa yah mereka married?
Kok Abigail mau sih sama Nabal? Yah, jawaban paling mungkin adalah pada zaman
dulu di Alkitab pernikahan itu gak jauh-jauh dengan perjodohan. Jadi kemungkinan
pernikahan Abigail dan Nabal terjadi karena perjodohan.
Bolehkah Abigail marah? Kesal? Atau bahkan berbuat
jahat terhadap suaminya? Benernya berhak aja sih dia marah dan kesel. Siapa
yang nggak coba? Di alkitab pun dijelaskan kisah Nabal melawan Daud. Sungguh
tindakan yang tidak bijak dan mengancam keluarga mereka. Namun, Abigail tetap
berbuat baik terhadap suaminya!
Setelah married,
saya merasakan banget yang namanya gak gampang tunduk kepada suami. It’s always easier said than done. Tapi
Abigail benar-benar seperti perempuan di Amsal 31! Dia berbuat baik kepada
suaminya dan tidak berbuat jahat!
Selain tidak berbuat
jahat, saya juga percaya bahwa Abigail menjalani hari-harinya penuh dengan
sukacita. Sesedih apapun pernikahan yang dia alami, Abigail berusaha untuk
tetap tegar dan bersukacita.
Kenapa
saya bisa yakin bahwa meskipun kehidupan Abigail tidak seperti cerita dongeng,
dia tetap bersukacita? Tentu saja kita bisa lihat dari respon yang ditunjukkan
Abigail. Ia tidak membiarkan hatinya dikuasai kebencian kepada suaminya, atau
kehilangan kelemahlembutan kepada Daud, orang yang mengancam keluarga mereka.
Abigail
adalah bukti bahwa sukacita adalah salah satu sumber kehidupan. Bila tidak ada
sukacita di hati kita, kita tidak akan bisa hidup. Hidup ini akan serasa hampa,
kosong dan kita akan terjebak dalam mental korban. Seperti di katakan dalam Amsal
17:22, “Hati
yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi
semangat yang patah
mengeringkan tulang.” Sukacita yang berasal
dari hati bukan kegembiraan yang pura-pura,
sangatlah bermanfaat bahkan mampu berfungsi sebagai obat yang manjur. Sebaliknya,
kepedihan dan kepahitan bisa menjadi racun bagi hidup kita.
Kita tahu kalau pada akhirnya Nabal mati, dan Daud memperisteri Abigail. Tuhan sungguh tidak tinggal diam dalam membela umat-Nya. Jadi bila kamu merasa hidup ini tidak adil, atau sedang terpuruk, yuk, belajar dari Abigail. Kisah hidupnya ini sungguh memberi kita pelajaran untuk selalu menguatkan dan meneguhkan hati di dalam Tuhan! Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan menyertai kita. Dan, jangan lupa untuk senantiasa hidup penuh dengan sukacita!
Kita tahu kalau pada akhirnya Nabal mati, dan Daud memperisteri Abigail. Tuhan sungguh tidak tinggal diam dalam membela umat-Nya. Jadi bila kamu merasa hidup ini tidak adil, atau sedang terpuruk, yuk, belajar dari Abigail. Kisah hidupnya ini sungguh memberi kita pelajaran untuk selalu menguatkan dan meneguhkan hati di dalam Tuhan! Janganlah kecut dan tawar hati, sebab Tuhan menyertai kita. Dan, jangan lupa untuk senantiasa hidup penuh dengan sukacita!