Penderitaan Untuk Kemuliaan

12 Juli_edited_Penderitaan Untuk Kemuliaan Blog.jpg

by Poppy Noviana

Siapa diantara kita yang menganggap kehidupan orang kurang percaya tampaknya lebih indah dibandingkan hidup kita sebagai orang percaya? Kayanya dia orang yang ngga segitunya memprioritaskan Tuhan dalam hidupnya, penuh kemunafikan, tipu daya, kurang bersahabat, tetapi kenapa ya hidupnya lebih asyik daripada kehidupanku? Jujur deh, siapa yang pernah ngalamin iri hati seperti ini? Saking irinya, rasanya sampai pengen berhenti hidup yang sungguh-sungguh dalam Tuhan. Lesu ya hidup di dalam Tuhan, kalau yang dirasakan cuma masalah berat, tuntutan kedewasaan, dan juga perintah untuk selalu menyangkal keinginan diri sendiri? 

Kalau kamu pernah mengalaminya, saya juga. 

Saat ini banyak sekali orang yang suka mengunggah separuh kehidupannya di media sosialnya. Iya, separuh saja. Bukan seluruhnya, Biasanya yang bagus-bagusnya aja, tapi yang pilu dan tidak menjual decak kagum ya disimpen sendiri, ngga ngundang minat follower juga kan ya ujungnya. Lalu mereka yang melihat semua unggahan ini mulai merasa perlu untuk membandingkan keberadaannya dengan kondisi orang lain yang indah-indah di layar media sosial. Hasilnya, muncul perasaan minder, ngga puas dengan hidupnya sendiri, insecure, dan akhirnya berujung kepada dosa (iri hati, tidak bisa mengendalikan diri dan emosi, serta hidup dalam rasa malu). Ladies, mari sama-sama kita membuka pemikiran kita untuk menyikapi ini semua, bukan dengan menyangkali kenyataan perasaan kita, namun mengakui bahwa pemikiran tersebut harus segera diperbaharui dengan hikmat dan kebenaran yang Tuhan nyatakan melalui Firman-Nya.

Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan. Tetapi jika aku harus hidup di dunia ini, itu berarti bagiku bekerja memberi buah. Jadi mana yang harus kupilih, aku tidak tahu.
(Filipi 1:20-22)

Rasul Paulus yang telah mengalami banyak penyesahan dalam hidupnya, tentu memiliki pola pikir yang sudah teruji. Nah, dengan pola pikirnya ini, dia melihat bahwa hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan, artinya mode yang tepat untuk kehidupan ini adalah mode menjadi seperti Kristus dengan belajar, berjuang, dan rela dibentuk Tuhan melalui apapun yang Dia izinkan kita alami. Setiap hal dalam hidup kita bisa menolong kita untuk bertumbuh, menjadi playground untuk melatih hidup dengan agenda Kristus bukan agenda kita sendiri. Hidup adalah Kristus berarti taat dengan kehendak Kristus, bukan kehendak dan pemikiran pribadi lagi.

Jadi kalau ada kerugian, kesusahan dan kesedihan dalam proses yang disediakan Tuhan, hal itu mungkin dipandang baik untuk dilalui karena memang anak-anak Allah bukan anak gampangan. Bahkan Firman Tuhan berkata, Ia menghajar orang yang dikasihi-Nya. Lalu sampai kapan ini harus dirasakan? Yang saya ketahui perjalanan kekristenan adalah perjalanan sepanjang hidup, setahap demi setahap tuntunan-Nya sempurna setiap hari, disediakan bagi mereka yang mengasihi-Nya. Tuhan bahkan selalu ada, tidak hanya saat kita berdoa, tapi juga dalam bentuk orang-orang dewasa rohani di sekitar kita yang peduli dan mengasihi kita. 

Sebab penderitaan ringan yang sekarang ini, mengerjakan bagi kami kemuliaan kekal yang melebihi segala-galanya, jauh lebih besar dari pada penderitaan kami. Sebab kami tidak memperhatikan yang kelihatan, melainkan yang tak kelihatan, karena yang kelihatan adalah sementara, sedangkan yang tak kelihatan adalah kekal.
(2 Korintus 4:17-18)

Kebenarannya Tuhan tidak hanya menghajar dan menyesah anak yang dikasihi-Nya, tapi di saat yang sama Ia juga mengasihi dan sudah berkorban untuk kita, serta berjanji untuk selalu menyertai kita sampai kepada kesudahan, sampai kita ketemu lagi muka dengan muka. 

Sebab TUHAN, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.
(Ulangan 31:8) 

Di mana kita menemukan seorang yang tangguh dan bermental pemenang tapi hidupnya lembek-lembek aja? Seorang atlet harus melakukan latihan bahkan dikarantina untuk bisa memenangkan pertandingan berbulan-bulan, seorang peserta Olimpiade harus menghabiskan sekian ratus jam untuk melakukan persiapan sebelum kompetisi berlangsung. Begitu juga dengan orang percaya, mana ada pembentukan dalam kenyamanan, mana ada pertumbuhan tanpa ada tekanan, mana ada naik kelas tanpa ada ujian, di mana ada benih yang ditabur, di sana akan ada yang dituai. Tapi perlu disadari kalau benih yang ditabur saat ini, sampai ke masa penuaian tersebut memiliki selang waktu bukan? Nah, selama selang waktu itu, selama itu pula perjalanan kehidupan kekristenan kita digambarkan. 

Ganjaran kerendahan hati dan takut akan TUHAN adalah kekayaan, kehormatan dan kehidupan.
(Amsal 22:4)

Kabar baiknya kita tidak mengejar reward, karena hal itu sudah diberikan Allah yaitu keselamatan dari pengorbanan-Nya di kayu Salib, jauh sebelum kita menyadari bahwa kita memerlukannya. Namun, setelah menerima keselamatan itu, perjalanan dimulai untuk mengerjakan keselamatan, karena untuk memperoleh janji-Nya, diperlukan peran kita dalam menentukan kehendak yang kita putuskan setiap hari. Konsekuensi dari takut akan Tuhan adalah kehormatan dan kekayaan, jadi janji-Nya hanya berlaku bagi yang mau mengerjakan keselamatan dengan melakukan Firman-Nya. Jadi siapa yang mau hidup kaya di mata Tuhan dan dihormati manusia? Semua keputusan ada di tangan kita. Iri hati tidak akan membawa kita kemana-mana, jadi tinggalkan saja itu.

Aku telah mengakhiri pertandingan yang baik, aku telah mencapai garis akhir dan aku telah memelihara iman. Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya.
(2 Tim 4:7-8)

12-Juli_edited_Penderitaan-Untuk-Kemuliaan-tabel.png

Sebab keinginan daging berlawanan dengan keinginan ROH dan keinginan ROH berlawanan dengan keinginan daging — karena keduanya bertentangan — sehingga kamu setiap kali tidak melakukan apa yang kamu kehendaki.
(Galatia 48:17)

Nah, dari kacamatanya aja udah beda yah, yang tampak di depan mata bukan yang tampak di dalam hati manusia. Kalau kita hanya menilai dari penampakan luar saja, sangat wajar karena kita manusia. Karena kita sadar betul ketidaksempurnaan kita, alangkah baiknya kita dapat belajar percaya kepada yang menciptakan dan memahami kehidupan, lebih daripada kita memahami hidup kita sendiri, yaitu Tuhan Yesus – Tuhan yang melihat hati. Pribadi yang sejak kita masih dalam kandungan, sudah punya rencana utuh untuk kebaikan dan masa depan kita.

Jadi mulai saat ini, perbaharuilah sudut pandangmu dalam melihat kesulitan hidup. Lihat itu sebagai kesempatan untuk bergantung kepada Tuhan, dan pakai itu sebagai kendaraan untuk membawa pertumbuhan kedewasaan dalam hidupmu. Sampai nanti saat kita kembali ke rumah Bapa di Surga, di hari penghakiman itu, kita sudah siap, dan Allah akan mengenal kita karena perbuatan dan karakter kita serupa Kristus saat kita masih hidup di dunia.

Previous
Previous

Dasar Kuat Pernikahan Kristen (Part I)

Next
Next

Hidup Adalah Kristus