Rut: Memisahkan Diri dari Dunia
by Rachel Veronica Irawati
“Mungkin ga sih, kita memisahkan diri dari dunia??”
“Iya, ya. Kan, kita tinggal di dunia…”
“Jadi, harus bagaimana??”
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini mungkin saja terbersit di kepala kita ketika memiliki kehidupan baru sebagai anak-anak Allah. Menjadi pengikut Kristus berarti kita dituntut untuk bersedia dan rela memisahkan diri, bahkan menjadi berbeda dari dunia ini. Bagaimana mungkin kita melakukannya, jika kita saja masih hidup di dalamnya!?
Kisah Rut adalah kisah yang menarik untuk menggambarkan pergumulan di atas. Kita bisa melihat kesetiaan seorang Rut—yang latar belakangnya adalah seorang kafir—memutuskan untuk mengikuti Naomi, mertuanya, ke tempat asing baginya—yaitu Betlehem, kota asal Naomi. Apalagi mertuanya itu jelas-jelas menyampaikan bahwa tidak akan ada masa depan untuk Rut kalau hidup bersamanya. Dalam Rut 1:11-13, Naomi berkata kepada para menantunya untuk kembali kepada kehidupan yang akan lebih baik untuk mereka. Tidak ada yang bisa diharapkan lagi darinya. Akhirnya Orpa, saudara ipar Rut, mengikuti nasihat Naomi dan kisahnya berakhir di sana. Namun jawaban Rut membuat kita juga tidak habis pikir, karena di dalam Rut 1:16-17, Rut menyatakan keinginannya untuk terus mengikut Naomi. Bahkan dia berani menyatakan kalau hanya mautlah yang bisa memisahkan dia dan Naomi. Tampaknya respons Rut “berhasil” membuat Naomi tidak bisa berkata apa-apa lagi, sehingga merekapun pergi ke Betlehem bersama-sama.
Ketika merenungkan bagian ini, terlihat bahwa Rut sungguh-sungguh mengasihi Naomi. Bisa jadi setelah hidup bersama dengan keluarga suaminya selama 10 tahun dan pengenalan terhadap mertuanya, Rut mulai memiliki pandangan yang berbeda. Kita percaya bahwa dalam segala hal Tuhan yang punya rencana, dan benarlah demikian: nantinya, Rut menikah dengan Boas dan menjadi ibu dari Obed, yang merupakan kakeknya Daud dan termasuk dalam silsilah Yesus, Sang Juruselamat kita. Adalah sebuah anugerah ketika Tuhan memilih Rut yang awalnya orang kafir kemudian menjadi bagian sejarah sampai kelahiran Kristus karena imannya kepada-Nya.
Nah, kembali berbicara soal memisahkan diri dari dunia, melalui kisah Rut ini kita bisa melihat beberapa hal:
1. Selama sepuluh tahun Rut mengenal Naomi—mungkin tidak sekedar mengenal, tapi mengikuti dan melihat kesaksian hidup Naomi—membuat Rut mau terus bersama dan menemaninya
Itulah sebabnya Rut berani menyatakan bahwa Tuhan Naomi adalah Tuhannya juga. Pastinya ini suatu pengakuan iman yang tidak sembarangan. Nah, bagaimana dengan kita? Sudah berapa lamakah kita mengenal Tuhan, dan apakah pengenalan kita terhadap Dia, cukup membuat kita mau mengikuti-Nya dengan sepenuh hati, menaati semua perintah-Nya, seperti Rut mematuhi semua petunjuk atau perintah Tuhannya Naomi?
2. Rut sungguh-sungguh taat dan setia kepada Naomi. Rut tidak pernah melupakan Naomi. Rut melakukan semua yang dia mampu demi mertua yang dikasihinya
Apakah kita juga punya hati seperti Rut? Ketika kita mengenal Kristus dan mau memberikan hidup kita kepada-Nya, apakah itu sungguh-sungguh sepenuhnya kita sudah berikan kepada-Nya? Apakah kita juga sudah—dengan kerendahan hati—menaati dan setia mengikuti segala perintah-Nya?
3. Rut harus mengalami perubahan yang drastis dalam hidupya
Dari latar belakang kafir, sampai akhirnya memutuskan untuk mengikuti Allahnya Naomi. Mau tidak mau, cara hidupnya yang lama harus dilepaskan agar Rut memiliki cara hidup yang baru.
Sebagai orang percaya, yang hidup di dalam dunia ini, cara hidup kita juga mau tidak mau harus berubah. Memiliki kehidupan yang berarti ada harga yang harus dibayar: kenyamanan kita, zona yang selama ini kita anggap paling aman dan nyaman untuk dihidupi. Namun ketika kita membaca Firman Tuhan dan mengikuti perintah-Nya itu, kita akan sadar bahwa nilai-nilai yang diajarkan di sana ternyata sangat berbeda dari nilai-nilai yang ditanamkan di dunia ini. Pertanyaannya, maukah kita berubah? Maukah kita tidak lagi menjalankah hidup sesuai nilai yang dunia tawarkan, tapi sebaliknya hidup seturut nilai-nilai yang Tuhan ajarkan?
Marilah kita sama-sama mendoakan dan meminta Tuhan agar menolong kita menjalani kehidupan ini dengan bijaksana, seperti Rut yang hidupnya sungguh bergantung dan percaya pada Naomi—walau dia tidak tahu seperti apa hari depannya. Begitu pula kita, yang sesungguhnya lebih tahu hari depan kita ketika hidup bersama Kristus. Karena itu, marilah kita terus percaya, bergantung, dan setia pada Tuhan kita, ikuti jalan-Nya dan memisahkan diri dari dunia ini. Kiranya Tuhan memberkati kita senantiasa. Amin.